Sabtu, 29 Agustus 2009
Kamis, 30 Juli 2009
askep dermatitis
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DERMATITIS
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersnsitivitas lambat tipe IV, kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang irirtan atau alergenik. Ada 4 bentuk dasar: alergik, iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan dermatitis kontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun deterjen, dan bahan industri
Manifestasi klinik
Gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema yang diikuti pengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan serta pengelupasan kulit.
Rangkuman karakteristik dari dermatitis kontak
Tipe | Etiologi | Gambaran Kinis | Pemeriksaan Diagnostik | Terapi |
Alergik | Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alerginik. Tipe ini memiliki periode sensitivitas 10-14 hari | v Vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis v Edema intrasel v Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan | Tes Pacth | v Hindari bahan penyebab v Larutan Burrowl atau kompres air dingin v Kortikosteroid sistemik selama 7 hari |
Iritan | Terjadi akibat kontak dengan bahan secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan dalam waktu yang lama | v Kekeringan kulit dalam beberapa hari hingga beberapa bulan v Vesikula, fisura dan pecah-pecah v Tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang sering terkena. | Hasil patch test negatif yang sesuai | v Anti histamin untuk mengurangi pruritus v Identifikasi dan penghilangan sumber iritasi v Pemberian krim untuk mendinginkan kulit dan mengurangi iritasi v Kortikosteroid topikaldan obat kompres untuk mengatasi lesi yang berair v Antibiotik untuk mengatasi infeksi dan antihistamin oral untuk pruritus |
Fototoksik | Menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak kulit | Serupa dengan dermatitis iritan | Tes photopatch | v Sama seperti dermatitis alergika dan iritan |
Fotoalergik | Menyeruoai dermatitis alergika tetapi memerluka pajanan cahay di samping kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas immunologik | Serupa dengan dermatitis alergika | Tes photopatch | v Sama seperti dermatitis alergika dan irita |
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata “atopic” berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis (influensa), dan dermatitis atopik
Insiden
Kejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari klien dermatitis atopik mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyai riwayat gangguan alergi. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasa mengganggu mempengaruhi 0,5 – 1 % penduduk seluruh dunia
Etiologi
Penyebab utama dermatitis atopik adalah belum diketahui. Xerosis adalah biasa lebih buruk selama periode kelembaban rendah; musim dingin daerah garis lintang utara memperburuk gatal-gatal
Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik.
Manifestasi Klinik
Dermatitis atopik dimulai sejak selama anak-anak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipat siku.
Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi, yang mrupakan keluhan utama orang mencari bantuaan
Komplikasi
Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.
Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis atopik masih merupakan masalah yang kontroversional. Alergi makanan yang signifikan, tidak diketahui sebagai penyebab dari dermatitis atopik atau berapa persentase dari klien dermatitis atopik yang mempunyai alergi terhadap makanan. Alergen yang paling umum yang sering muncul adalah telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dan ikan. Alergen yang telah diketahui ini harus dihindari. Perawataan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya malnutrisi ketika melakukan pembatasan diet apa saja.
3. Reaksi Obat dan Medikasi (Dermatitis Medikamentosa)
v Dermatitis Medikamentosa adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumya reaksi obat timbul mendadak, raum dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
v Urtikaria merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I yang ditandai dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol edematosus, berwarna merah muda dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Bagian tubuh yang terkena termasuk membran mukosa (mulut), laring dan traktus gastrointestinal.
v Edema Angioneurotik merupakan pembengkakan timbul mendadak beberapa detik atau menit, atau secara perlahan-lahan, yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam, sehingga tidak nampak lesi diluar. Bagian tubuh yang sering terkena adalah bibir, kelopak mata, pipi, tangan, kaki, genitalia dan lidah; membran mukosa laring, bronkus, dan saluran gastrointestinal.
v Alergi makanan merupakan bentuk hipersensitivitas tipe I. Gejala klinisnya berupa gejala alergi yang klasik seperti yang lainnya.
v Serum sickness merupakan hipersensitivitas tipe III komplek imun.
Pengkajian Keperawatan
Klien dengan dermatitis harus dikaji bagaimana kebiasaan hygiene sehari-hari (misal: apakah klien mandi menggunakan sabun dan air panas?), pengobatan yang telah diberikan, terpapar oleh alergen, terpapar lingkungan, dan riwayat kerusakan kulit.
Modifikasi perencanaan untuk klien lansia
Dermatitis adalah gangguan kulit yang umum pada lansia. Ini dapat disebabkan karena hipoproteinemia, insufisiensi vena, alergen, iritan, atau penyakit keganasan seperti leukemia atau lymphoma. Karena klien lansia sering minum lebih dari satu obat, maka dermatitis karena interaksi obat dapat dipertimbangkan. Kerapuhan kulit harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemberian pengobatan. Kebanyakan klien lansia tidak membutuhkan mandi setiap hari dan harus menghindari air panas untuk mandi begitu pula sabun. Air kran dan bahan-bahan yang tidak membuat kering kulit dapat digunakan.
Asuhan Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
Kriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan
· Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
· Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
· Berkurangnnya kemerahan
· Berkurangnya lecet karena garukan
· Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
Ø Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. Rasionalisasi dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Ø Gunakan air hangat jangan panas. Rasionalisasi air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Ø Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa. Rasionalisasi sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Ø Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. Rasionalisasi salep atau krim akan melembabkan kulit.
2. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen
Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan
· Menghindari alergen
Intervensi:
Ø Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Ø Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen
Ø Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
Ø Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. Rasionalisasi AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
3. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus
Kriteria hasil: klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
· Berkurangnya lecet akibat garukan
· Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
· Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
Intervensi:
Ø Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
Ø Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
Ø Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas
Lembar Pengkajian Alergi
Nama: ……………………….. usia ……… Jenis Kelamin …………. Tanggal ……….
1. Keluhan utama: ………………………………………………………………………..
2. Keadaan sakit yang sekarang: …………………………………………………………
3. Gejala alergik kolateral:
Ø Mata: � Pruritus � Perasaan terbakar � Lakrimasi � Pembengkakan � Sekret
Ø Telinga: � Pruritus � Rasa penuh � Berdenging � Sering infeksi
Ø Hidung: � Bersin-bersin � Rinore � Obstruksi � Pruritus � Bernapas lewat mulut � Sekret purulen
Ø Tenggorok: � Sakit leher � Pruritus palatum � Mukus pada pagi hari
Ø Dada: � Batuk � Nyeri � Mengi � Dispnea � Waktu istirahat � Waktu aktivitas
� Sputum Warna………… Jumlah…………………
Ø Kulit: � Dermatitis � Ekzema � Urtikaria
4. � Alergi dalam keluarga
5. � Terapi tes alergi kulit sebelumnya ………………………………………………….
Ø Tes kulit sebelumnya …………………………………………………………….
Ø Obat-obatan: � Antihistamin � Membaik � Tidak membaik
� Broncodilator � Membaik � Tidak membaik
� Tetes hidung � Membaik � Tidak membaik
� Hiposensitisasi � Membaik � Tidak membaik
Durasi……………… Antigen ……………… Reaksi ……………….
� Antibiotik � Membaik � Tidak membaik
� Kortikosteroid � Membaik � Tidak membaik
\6. Unsur-unsur fisik dan Kebiasaan: ………………………………………………….
Ø Terganggu oleh:
� Tembakau, selama……..tahun/bulan � Alkohol � AC
� Rokok, jumlah……….pak/hari � Panas � Udara berkabut
� Lisong, selama……….. Dingin Perubahan cuaca
� Pipa, jumlah ……………perhari � Parfum � Bahan kimia
� Tidak pernah merokok � Cat � Hair spray
� Terganggu asap rokok � Insektisida � Surat kabar
� Kosmetika
7. Tindakan yang dilakukan bila gejala terjadi …………………………………………
Ø Waktu dan keadaan saat kejadian pertama ………………………………………
Ø Kesehatan sebelumnya: …………………………………………………………
Ø Riwayat sakit dalam dekade: � progresif � Regresi
Ø Waktu terjadinya dalam satu tahun: ……kali � Sepanjang tahun � Musiman � Kambuh pada musim tertentu ………….� Sebulan:……kali � Seminggu:…...kali � Setiap hari � Pagi � Siang � Malam
Ø Variasi menstruasi……..
Ø Pekerjaan: ……………
Ø Sesudah sengatan serangga: …………………………………………………….
8. Di mana gejala terjadi: ………………………………………………………………..
Ø Tinggal di mana pada saat mulai terjadi: ……………………………………….
Ø Akibat liburan atau perubahan geografis yan penting: ………………………….
Ø Gejala membaik: � Di dalam rumah � Di luar rumah
Ø Efek sekolah atau bekerja:………………………………….
Ø Efek lingkungan yang khusus: ………………………………
Ø Efek perawatan di rumah sakit: ……………………………..
Ø Apakah gejala terjadi di sekitar: �Tumpukan daun yang sudah lama �Tumpukan jerami � Danau � Kandang hewan � Rumah musim panas � Gudang yang lembab � Loteng yang kering � Pemotongan rumput di lapangan � Dekat hewan � Lainnya………………………..
Ø Apakah gejala terjadi sesudah mengkonsumsi: � Keju � Cendawan � Bir � Melon � Pisang � Ikan � Kacang-kacangan � Buah jeruk � Makanan lainnya ……………….
Ø Rumah: � Perkotaan � Pedesaan � Dekat jalan raya � Rumah kuno (usianya)……..tahun � Apartemen � Basement � Lembab � Kering
Tempat tidur: Tipe Usia Ruang keluarga: Tipe Usia
Bantal …………… …………… Karpet …………… …………..
Kasur …………… …………… Permadani …………… …………..
Selimut ……………. …………… Perabot …………… …………..
Selimut tebal………… ……………
Perabot …………… ……………
9. Keadaan yang diperkirakan membuat gejala semakin parah: ………………………….
10. Keadaan yang membuat pasien terbebas dari gejala alergi: …………………………
11. Komentar tambahan: …………………………………………………………………
Daftar Pustaka
- Polaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical. Ed.1. Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
- Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
- Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual of Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester. Cetakan 1.Jakarta: EGC. 200
- Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002
Senin, 27 Juli 2009
Polip Hidung |
DEFINISI |
PENYEBAB Polip sering ditemukan pada penderita: · Rinitis alergika · Asma · Sinusitis kronis · Fibrosis kistik. |
GEJALA Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman. Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis. Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya. |
DIAGNOSA |
PENGOBATAN Pembedahan dilakukan jika: · Polip menghalangi saluran pernafasan · Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus · Polip berhubungan dengan tumor. Polip cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak terkontrol. |
Bila anda mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan besar anda menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.
Polip hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan disebabkan oleh karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung lama. Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka.
Prinsip pengobatan dari polip hidung yaitu mengatasi polipnya dan menghindari penyebab atau faktor faktor yang mendorong terjadinya polip. Bila polip kecil dilakukan pengobatan dengan obat obatan oral dan penyemprotan dengan obat semprot hidung. Namun bila polip besar dan tidak dimungkinan dengan pengobatan oral atau semprot maka harus dilakukan operasi pengangkatan polip.
Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung.
Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa
Etiologi Polip Hidung
Etiologi polip hidung belum diketahui secara pasti. Namun ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya polip nasi, yaitu :
1. Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik dan berulang.
2. Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Edema. Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.
Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli.
Fenomena Bernoulli merupakan penjelasan dari hukum sunnatullah yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa.Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung.
yang disebut polip koana (polip antrum koana).Polip koana (polip antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring.
Diagnosis Polip Hidung
Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik. Terlihat deformitas hidung luar.
3. Rinoskopi anterior. Mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung.
4. Endoskopi. Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal.
5. Foto polos rontgen & CT-scan. Untuk mendeteksi sinusitis.
6. Biopsi. Kita anjurkan jika terdapat
Anamnesis untuk diagnosis polip hidung :
1. Hidung tersumbat.
2. Terasa ada
3. Sukar membuang ingus.
4. Gangguan penciuman : anosmia & hiposmia.
5. Gejala sekunder. Bila disertai kelainan jaringan & organ di sekitarnya seperti post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Terapi Polip Hidung
1. Medikamentosa : kortikosteroid, antibiotik & anti alergi.
2. Operasi : polipektomi & etmoidektomi.
3. Kombinasi : medikamentosa & operasi.
Berikan kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya. Gunakan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu singkat. Berikan antibiotik jika ada tanda infeksi. Berikan anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang,dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi.Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.
Rabu, 15 Juli 2009
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Oleh : anwar fuad putra STIKes CRB
Lokasi Jantung
- Di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga Thorax.
- Tepat di belakang dada (sternum).
- Kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis tengah.
- Fungsi : sebagai pompa ganda agar terjadi aliran dalam pembuluh darah yang disebabkan adanya pergantian antara kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
- Ukuran : 250-350 gram (kira-kira sebesar kepalan tangan)
Lapisan Jantung :
- Lapisan Pericardium (Luar).
- Lapisan Miocardium (Tengah).
- Lapisan Endocardium (Dalam).
Pericardium :
- Fibrous pericardium
- Serous pericardium
- parietal pericardium.
- Visceral pericardium (or epicardium).
Ruang Jantung :
- Atrium Kanan.
- Atrium Kiri.
- Ventrikel Kanan.
- Ventrikel Kiri.
Katup Jantung
- Katub Atrioventrikuler.
- Katub Trikuspidalis.
- Katub Mitral.
- Katub Semilunar.
- Katub Pulmonal.
- Katub Aorta.
Anatomy of the Heart
- Heart chambers:
- Left & right atria.
- Left & right ventricles.
- Heart valves :
- Atrioventricular valves.
# Right : Tricuspid.
# Left : Bicuspid/Mitral.
- Semilunar valves
# Right : Pulmonary valve.
# Left : Aortic valve.
Pembuluh Darah pada Jantung
- Arteri Koroner.
- Left Anterior desendence (LAD).
- Left Cicumflex (LCx).
- Vena Jantung.
- Vena Tebesian
- Vena Kardiaka
- Sinus Koronarius
Fisiologi Sirkulasi Darah
Pembuluh Darah :
- Arteri
- Arteri.
- Arteriol.
- Kapiler.
- Vena
- Venul.
- Vena.
Sirkulasi Sistemik
- Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
- Mengalirkan darah ke berbagai organ.
- Tekanan permulaan besar.
- Mengalami banyak tahanan.
- Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Pulmonal
- Mengalirkan darah ke paru-paru.
- Berfungsi untuk paru-paru.
- Tekanan permulaan rendah.
- Tahanan sedikit.
- Kolom hidrostatik pendek.
Sistim Konduksi Jantung
Merupakan sistim hantaran untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi jantung.
Sifat jaringan khusus Jantung :
- Otomatisasi.
- Irama.
- Konduksi.
- Daya rangsang.
Intrinsic Conducting System.
- Sinotrial node
- Electrical pace maker.
- Atrioventricular node
- Receives impulses originating from SA node.
- Bundle of His
- Electrical link between atria and ventricles.
- Purkinje fibres.
- Distribute impulses to ventricles.
FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG
Fungsi jantung dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output), yaitu :
- Beban awal.
- Kontraktilitas.
- Beban Akhir.
- Frekwensi Jantung.
The Cardiac Cycle
- Systole :
- Period of ventricular contraction.
- Blood ejected from heart.
- Diastole :
- Period of ventricular relaxation.
- Blood filling.
- Stroke Volume
- The amount of blood ejected from the heart in one beat.
- Average is 60-100 ml.
- Depends on preload, contractile force and afterload.
- Cardiac Output
- The amount of blood ejected from the heart in one minute.
- Cardiac output = heart rate x stroke volume.
HUKUM FRANK STARLING
- Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta.
- Dalam batas fisiologis, jantung memompakan darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.
Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.
Entry Filed under: Uncategorized
1 Comment Add your own
· 1. Tiwi | Maret 18, 2009 at 7:53 am
Hanya untuk masukan ya,klo bsa ada animasi sirkulasi peredran darah.
Selasa, 14 Juli 2009
Obstruksi saluran kemih
Uropati Obstruktif
Menam Ginting
Bagian llmu Bedah
Fakultas Kedokteran USU/ RS Dr. Pirngadi
Saluran air kemih adalah sesusunan alat tubuh yang berpe-
ran untuk membentuk dan menyalurkan air kemih, terdiri dari
ginjal, piala, ureter, kandung kemih dan uretra. Air kemih
adalah cairan hasil produksi ginjal dari darah, mengandung
bahan sisa hasil pertukaran zat yang larut di dalam air untuk
dibuang keluar dari tubuh. Kaitan lintasan dan gerak alir air
kemih sebagai berikut :
Cairan darah yang dialirkan ke dalam ginjal mengalami sederet-
an proses: filtasi, resorpsi, sekresi dan homeostatis pada pem-
bentukan air kemih ini, kemudian produksi ini dilimpahkan
ke dalam piala buat mengatur pengaliran selanjutnya. Bertolak
dari piala dengan dorongan gerakan peristaltik disertai pengaruh
gaya-berat yang berkala, air kemih disalurkan melalui penyalur
ureter buat selanjutnya dipercikkan masuk ke dalam kandung
kemih (efflux). Pada kesempatan ini kandung kemih terisi oleh
percikan-percikan ureter sehingga berangsur-angsur penuh
mencapai daya muat kandung kemih, yang setelah itu kandung
kemih mengerrut memompa air kemih sampai habis ke uretra
(afflux) untuk dibuang ke alam bebas sebagai siraman
pancaran buang air kecil. Pada persambungan ureter-kandung
kemih, ureter berjalan miring masuk sepanjang dinding
dung kemih sehingga berperan seakan-akan katub yang mele-
watkan aliran air kemih dari ureter ke kandung kemih saja
dan mencegah pengaliran sebaliknya (reflex).
Pada persambungan kandung kemih-uretra terdapat otot
sfmkter yang hanya terbuka sewaktu kandung kemih menge-
rut memompakan isinya keluar. Sewaktu kandung kemih
menampung, air kemih dipercikkan dari ureter ke dalam
dung kemih (efflux), sedang persambungan kandung kemih --
uretra tertutup rapat. Sewaktu kandung kemih memompa,
persambungan ureter -- kandung kemih tertutup, air kemih
dialirkan dari kandung kemih ke uretra (afflux), lazim dina-
makan air kecil.
PENDAHULUAN
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan gerak alir air
kemih tertahan (retensi). Hal ini dapat teijadi di sepanjang
lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada uretra.
Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan olelr kelainan
mekanik di dalam liang, pada dinding atau tindisan dari luar
terhadap dinding lintasan atau disebabkan kelainan dinamik
(neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena kelainan
dibawa lahir atau diperdapat. Selanjutnya penyumbatan ini
bisa menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (sub-
total) dengan masing-masing bisa tampil dengan mendadak,
menahun atau berulang timbul.
Adanya rintangan penyumbatan lintas air kemih
meng-
akibat
an gerak alir tertahan sehingga air kemih pada hulu
sumbatan terbendung dan menumpuk seluruhnya pada pe-
nyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan
sebagian air kemih dan menahan sebagian lain yang berangsur-
angsur menumpuk. Tumpukan air kemih ini meregangkan
lintasan pada hulu obstruksi sehingga melebar. Bagian hulu
saluran ini berusaha meningkatkan tenaga dorong untuk
mengungguli hambatan sumbatan dengan menambah kuat-
kontraksi jaringan otot dinding saluran agar penyaluran air
kemih dapat berlangsung sempuma seperti biasanya (kom-
pensasi). Bila keadaan ini berlangsung lama, tenaga dorong
mengkompenser menjadi lelah hingga tak berdaya lagi
mendorong air kemih dengan sempurna seperti biasa (de-
kompensasi).
Selanjutnya pada perlangsungan obstrusi biasanya meng-
undang kehadiran bakteri dan pembentukan batu yang me-
nyebabkan
penyulit-penyulit
yang lebih
memberatkan
keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal
sehingga terjadi gangguan faal ginjal, hidronefrosis, pielo-
nefritis atau pyonefrosis.
Obstruksi yang lebih ke hulu dekat kepada ginjal, harnbat-
an yang lebih sempurna dan berlangsung sudah lama melibat-
Bagaimana
meningkatkan
ke-
mampuan agar mengetahui dan
melola -- "GEJALA, TANDA
dan PENYULIT yang se-DINI
MUNGKIN" -- sebagai daya-upaya membangun DIGANOSTIK
,DINI adalah menjadi permasalahan untuk dipecahkan dalam
pembenahanmenuju ke TERAPI DINI dengan tujuan sasaran
PROGNOSA yang baik bagi si penderita, s e m o g a!
PATOGENESIS DAN PATOLOGI
Obstruksi pada saluran kemih menyebabkan gangguan gerak
alir. Pada bahagian hulu saluran yang Iangsung berwatas de-
ngan penyumbatan berusaha meningkatkan tenaga pendorong
untuk menyalurkan air kemih dengan memperkuat kontraksi
otot dinding saluran untuk mengungguli rintangan. Semakin
Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982
75
jauh ke hulu dari tempat penyumbatan semakin berkurang
pengaruh-pengaruh akibatnya, akan tetapi lama-kelamaan
secara berangsur melibatkan seluruh saluran kemih termasuk
ginjal. Memperhatikan gerak alir air kemih yang dimulai dari
piala ginjal ke-ureter, kandung kemih dan uretra, maka dapat-
lah terjadi sebagai berikut : obstruksi di uretra melibatkan
kandung kemih, dan bila timbul "gangguan kompetensi katub
ureter -- kandung kemih" hingga menyebabkan berbalik -- alir
(reflux) dari kandung kemih ke ureter, hal ini melibatkan
ureter dan piala yang berlanjut terus merusak ginjal. Hal yang
sama dapat berlangsung sedemikian rupa bila ada penyumbat-
an pada ureter atau piala ginjal. Bagaimana kelanjutannya ke-
jadian yang timbul pada hulu saluran kemih akibat dari suatu
obstruksi, diturunkan sebagai berikut :
1. KULUP
Penyempitan liang kulup menyebabkan kulup mengem-
bung sewaktu buang air kecil. Bila keadaan ini berlarut-larut
mengakibatkan radang balanopostitis atau batu di liang kulup
dengan penyulit-penyulitnya.
2. URETRA
Penyempitan atau penyumbatan pada uretra menyebabkan
bagian hulunya melebar sehingga dinding uretra tersebut men-
jadi tipis, kadang menimbulkan divertikel dan bisa pecah yang
mengalirkan air kemih di sekitamya. Pipa semprot manipun
bisa melebar. Pada setempat bisa terjadi batu dan infeksi
sebagai penyulit-penyulitnya.
3. KANDUNG KEMIH
Penyumbatan atau penyempitan saluran kemih pada leher
kandung kemih dan uretra menyebabkan gangguan lintas
pembuangan air kemih sehingga kandung kemih mengada-
-
ngan pengerutan persambungan ureter-kandung kemih untuk
melebarkan leher kandung kemih. Dengan peningkatan daya
pompa ini, maka tekanan hidrostatis di dalam kandung me-
ningkat dari 20 -- 40 cm air menjadi 50 -- 100 cm air atau
lebih. Keadaan ini biasanya terdapat pada penyempitan uretra
pada anak laki-laki pada pangkal dan pada anak perempuan
pada ujung dan pada laki-laki tua oleh karena pembesaran
prostat atau pada sindroma prostatismus sans prostate. Pada
waktu dini kandung kemih masih dapat memenuhi faalnya
dengan sempurna karena otot-detrusornya menjadi hipertrofi
dan jika berlarut-larut berlangsung ototnya menjadi tipis dan
lemah hingga tak dapat memenuhi faalnya lagi dengan sem-
purna. Keadaan berobah dari kompensasi menjadi dekom-
pensasi.
A. MASA KOMPENSASI
a. Kandung kemih seperti balok-balok (trabekulasi).
Sewaktu kandung kemih berisi penuh berkas otot detrusor
menjulang ke permukaan mukosa seperti balok, demikian
juga halnya dengan segitiga kandung kemih, keadaan mana
menambah rintangan percikan ureter ke kandung kemih.
b. Sellula
Tekanan dalam kandung kemih yang tinggi sewaktu me-
mompa mendorong mukosa di antara tonjolan balok-balok
berkas otot sehingga merupakan lekukan kantong-kantong
kecil.
c. Divertikula
Bisa tekanan yang tinggi ini lebih mendorong mukosa se-
hingga menyembul keluar ke permukaan sehagai kantong.
Kantong ini tidak mengandung otot huat memompa isinya,
karena itu mudah terkena infeksi. Bila divertifikula menge-
76
Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982
nai persambungan ureter-kandung kemih maka faal sebagai
katub menjadi inkompeten dan bisa menyebabkan reflux.
d. Mukosa.
Bila terjadi infeksi yang akut terjadi hiperemi dan edema
yang menyebabkan reflux. Pada infeksi khronis mukosa
menjadi tipis dan pucat.
Masa kompensasi ini dapat dibagi keadaannya dalam 2 tahap,
yaitu :
(a) Tahap berlebih peka
Pancaran dan besar aliran air kemih masih seperti biasanya
karena daya pompa masih sanggup mengatasi rintangan yang
ada, hanya saja otot detrusor menjadi berlebih peka. Dengan
regangan yang sedikit saja pada waktu menampung air kemih
dari ureter telah merangsang hajat untuk buang air kecil sedang
bagi keadaan yang biasa masih dapat mengurungkannya karena
kandung kemih masih bisa melembek dan menampung air
kemih lebih banyak. Dengan demikian gejala dini dari penyum-
batan atau penyempitan pada leher kandung kemih dan uretra
ialah hajat buang air kecil yang bolak-balik dan mendesak
pada waktu siang ataupun pada malam hari.
(b) Tahap kompensasi
Bila penyumbatan atau penyempitan berlarut-larut terus,
maka disamping buang air kecil yang bolak-balik dan men-
desak, mengedan sejenak, memulai buang air kecil harus me-
nunggu sejenak sampai kuat kontraksi otot cukup kuat meng-
atasi rintangan. Pancaran dan besar aliran air kemih semakin
berkurang terlebih-lebih menjelang pengosongan kandung
kemih.
B. MASA DEKOMPENSASI
Pada rintangan yang meningkat atau berlarut-larut dan
lagi diperberat oleh infeksi bisa menimbulkan terjadinya
air kemih sisa sampai 500 mililiter atau lebih. Hal ini di-
sebabkan oleh kontraksi otot detrusor yang jadi lebih singkat
untuk memompakan air kemih dengan sempurna sehingga
bersisa (residu).
Masa dekompensasi berlangsung sebagai berikut :
(i) Dekompensasi akut
Dapat terjadi dengan mendadak otot detrusor tak kuasa lagi
mengkompenser, karena pengisian tiba-tiba yang banyak dari
ureter ke dalam kandung kemih atau otot ini teregang sekali.
Akibatnya, terganggu pengaliran kemih, secara mendadak ter-
henti kendatipun kandung kemih belum kosong sempurna
dan meninggalkan air kemih sisa. Penghambatan aliran kemih
dalam keadaan ini terhalang total dan tiba-tiba.
(ii) Dekompensasi khronis
Pengosongan kandung kemih berangsur-angsur bertambah
sulit dan akibatnya air kemih bisa semakin bertambah banyak
dan daya tampung menjadi berkurang. Hajat buang air kecil
semakin bertambah sering dan sesewaktu bisa terhalang total.
Dengan kehilangan daya pompa kandung kemih terjadilah
beser limpahan kepenuhan (inkotinensia pardoksa).
4. URETER
Lintasan ureter yang miring melalui dinding kandung kemih
untuk bermuara ke dalam rongga kandung kemih, berperan
seakan-akan katub yang melalukan kemih mengalir dari ureter
masuk ke dalam rongga kandung kemih, sebaliknya meng-
halangi pengaliran kembali (melalukan efflux dan meng-
halangi reflux). Meskipun tekanan di dalam kandung kemih
tinggi sewaktu memompa, namun tidak disalurkan berbalik
ke dalam ureter, piala dan seterusnya ke ginjal, hal ini dise-
babkan kompetensi persambungan ureter -- kandung kemih.
Pada keadaan dekompensasi kandung kemih di mana dijum-
pai persambungan ureter -- kandung kemih menjadi in-
kompeten, tekanan ini disalurkan ke dalam ureter, piala dan
seterusnya ke ginjal. Juga pada kandung kemih yang ber-
balok-balok, edema dan meradang dapat mengakibatkan peran
katub tak kompeten lagi. Rentetan akibat-akibat dari ber-
balik alir ini terjadi dengan hal yang sama dijumpai seperti
pada penyumbatan ureter atau piala ginjal. Pada hulu pe-
nyumbatan atau penghalangan alir air kemih otot dinding
ureter menjadi hipertrofis dalam usaha meningkatkan gerak
peristaltik mendorong air kemih. Berpapasan dengan sumbat-
an di bagian hulu ureter melebar (dilatasi) karena pelonggokan
air kemih. Gerakan peristaltik yang meninggi ini menyebab-
Lama-kelamaan di sekitar ureter terbentuk jaringan ikat dan
kerutan jaringan ini menyebabkan penekikan (angulasi) yang
menambah kesulitan pengaliran air kemih. Bila pengaliran air
kemih ini sedemikian terus berkelanjutan maka otot dinding
ureter dan piala menjadi lemah dan terjadi dekompensasi.
Pelebaran ureter (ureteriksasi, hidro-ureter) kemudian melibat-
ureteropiélo-nefrosis , yaitu suatu atrofi ginjal yang disebab-
purna (sub-total), di mana sebagian air kemih masih lewat dan
selainnya tertahan. Pada penyumbatan yang sempurna (total)
terjadi atrofi primer ginjal. Penyumbatan semakin ke hulu
dengan menyumbat hampir sempurna dan berlangsung lama,
dengan cepat merusak ginjal.
5. GINJAL
Dalam keadaan normal tekanan di dalam rongga piala
kecil sekali mendekati nol. Pada penyumbatan disaluran ureter
atau berbalik alir dari kandung kemih ke ureter (reflux)
mengakibatkan piala dengan kalises melebar disebabkan te-
kanan hidrostatis yang meninggi. Terjadinya kerusakan ginjal
atrofi hidronefrosis, tergantung kepada letak, sifat dan lama-
nya sumbatan saluran aliran kemih. Disamping itu tergantung
juga kepada bentuk piala yang berada di dalam atau di luar
ginjal. Piala yang berada di dalam rangkulan ginjal lebih dini
mengakibatkan kerusakan ginjal daripada piala yang diluar
ginjal, karena tekanan hidrostatis yang tinggi. Pada penyum-
batan atau berbalik alir air kemih pada ureter yang seterusnya
melibatkan piala ginjal, mula-mula otot dinding piala menjadi
hipertofis dalam usaha mendorong air kemih. Bila kejadian
ini berlarut-larut otot ini menadi lemah dan berakhir dengan
kelumpuhan dekompensasi. Perobahan yang pertama terjadi
pada kalises. Bentuk kaliks yang normal cekung oleh penon-
jolan papil ginjal ke piala. Papil ini terdiri dari pipa-pipa pe-
ngeluaran/pembuangan tempat bermuaranya satuan ginjal
(nefron). Pada tekanan hidrostatis yang meninggi di dalam
rongga piala, bentuk cekung kalises ini berobah jadi ceper dan
bila lebih lanjut menjadi cembung. Perobahan ini disebab-
jaringan di antara papil adalah bagian akhir yang rusak. Te-
kanan hidrostatis yang tinggi bila terus berlangsung menye-
babkan ginjal tertinggal merupakan suatu kantong berdin-
ding tipis berisi cairan yang terdiri dari air dan elektrolit atau
cairan nanah karena infeksi. Dengan peningkatan tekanan
hidrostatis di dalam piala yang mendekati tekanan filtrasi
glomeruli, 30 mm air raksa, menyebabkan berkurangnya pem-
bentukan air kemih dan gangguan pemekatan. Hidronefrosis
adalah suatu jenis atrofi ginjal dengan mengandung penum-
pukan cairan yang terjadi karena desakan oleh tingginya tekan-
an hidrostatis. Sungguhpun hambatan pengaliran air kemih
secara total, namun ginjal masih membentuk air kemih terus.
Air kemih ini pada piala diresorbir oleh tubuli, pembuluh
limfatis, pembuluh darah balik atau merembes ke dalam antar
jaringan ginjal. Hidronefrosis yang sebelah berakibat faalnya
terganggu, untuk memenuhi kebutuhan karena gangguan ini,
ginjal yang normal di sebelah lain menjadi hipertrofi kompen-
satoris. Bila kedua buah ginjal hidronefrotis, maka kedua buah
ginjal mengusahakan faalnya maksimal.
PENEMUAN--PENEMUAN KLINIK
Umumnya keluhan-keluhan utama menyangkut gangguan
saluran kemi adalah SAKIT. GANGGUAN BUANG AIR
KECIL dan KELAINAN AIR KEMIH. Ketiga keluhan utama
ini disertai juga dengan keluhan lain apakah kelainan sistem
antara lain gangguan saluran pencernaan makanan, demam,
menggigil, anemi, adanya bengkakan dan lain-lain. Anamnesa
berperan penting dalam pemeriksaan. Dengan menaruh per-
hatian dan menanggapi keluhan-keluhan yang dikemukakan
si penderita, begitupun dalam mengajukan pertanyaan kepada-
nya agar mendapat kelengkapan bagaimana perjalanan penya-
kit yang diderita apakah timbulnya mendadak, menahun atau
berulang kambuh, sebab penampilan mendadak bisa terjadi
dari penyakit yang menahun. Dari kesan-kesan anamnesa yang
diperoleh dapat memberi tuntunan (pesan) buat pemeriksaan
yang lebih lanjut untuk dijejaki. Dengan berencana dilaksana-
toria, sinar-x dan pemakaian alat periksa.
1.
Gejala dan tanda.
1. Gangguan pada pipa pembuangan dan penampung-pemom-
pa. (Uretra
dan kandung kemih).
Gejala utama dari bagian saluran kemih ini ialah hajat buang
air kecil yang bolak-balik dan mendesak, mengeluarkan air
kemih dengan aliran yang kecil dan pancaran tidak jauh dan
akhir buang air kecil menetes-netes, pada keadaan yang telah
lama meninggalkan air kemih sisa (residu). Melihat dan meraba
uretra dan daerah kemaluan apakah ada sesuatu kelainan
berupa pembengkakan atau pengerasan. Melakukan raba rek-
tal untuk mengetahui tonus sfmkter, pembesaran prostat,
pembengkakan pada rektum dan rongga panggul, demikian
juga halnya diperlukan pemeriksaan raba vaginal.
2. Gangguan pada pipa penyalur, pengatur alir dan pembentuk
(Ureter,
piala dan ginjal).
Gejala utama dari saluran ini ialah perasaan sakit pada daerah
pinggang atau pada sepanjang lintasan ureter, kadang air kemih
berdarah dan disertai gejala-gejala saluran pencernaan makan-
an. Dengan adanya infeksi menyebabkan demam-menggigil
dan kandung kemih berlebih peka terduga adanya berbalik
alir kandung kemih ke ureter (refluks). Jika ada hidronefrosis
dapat diraba sebagai pembengkakan di daerah pinggang. Men-
jadi perhatian adanya gejala dan tanda uremia. Melakukan raba
rektal dan vaginal akan memberi kesan tentang kelenjar pros-
tat, leher rahim dan kandung kemih yang masing-masing dapat
memberikan gangguan kepada ureter, sedemikian juga halnya
dengan bengkakan pada rongga panggul.
Obstruksi saluran kemih dengan pemaparan di atas beraneka
ragam, tergantung kepada hubungan mana paling menonjol.
Penyumbatan yang erat berhubungan dengan aliran dari
dung kemih ke uretra seperti pembesaran prostat, penyempit-
an uretra dan batu leher kandung kemih, prostatismus sans
Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982
77
prostate menampilkan gejala desakan hajat buang air kecil
yang bolak-balik dengan aliran kemih yang kecil dan pancaran
tidak jauh pada siang dan malam hari.
Air kemih berdarah yang disebabkan penyebab obstruksi se-
perti batu kemih dan tumbuhan pada saluran. Bengkakan pada
perut disertai dengan senak pada ulu hati pada hidronefrosis.
Gejala dan tanda yang timbul sebagai penyulit obstruksi
dengan tidak ada atau sedikit air kemih, mual, muntah-mun-
tah, menceret, kejang otot, gangguan kesadran, menguap-
nguap ngantuk karena kegagalan ginjal. Adanya penyulit in-
feksi ginjal yang tersumbat dengan menggigil, demam dan
sakit pada daerah pinggang.
II. Laboratorium
Pada perlangsungan penyakit yang menahun dijumpai anemi.
Pada infeksi yang menahun lekosit meninggi atau hanya sedikit
saja. Kegagalan ginjal memberikan gambaran darah kreatinin
meninggi, ureum meninggi, fosfor meninggi, sedang kalsium
menurun demikian juga kalsium. Air kemih mengandung zat
putih telor, darah atau sel-sel nanah dan bakteri pada bakteriuri
dan pyuri.
III. Sinar X. Foto ikhtisar kesan besar ginjal, keadaan tulang-
belulang, setiap pengapuran atau batu. Urogram ekskretoris
buat melihat funksi dan lintasan air kemih, seperti pelebaran
saluran,penyumbatan, tumbuhan dan menunjukkan batu yang
tidak menahan sinar. Terlintas dugaan adanya refluks
dung kemih -- ureter bila gambar menunjukkan pelebaran
ureter yang bertahan pada bagian bawah, bagian yang melebar
pada ureter, keseluruhan ureter tergambar jelas, hidronefrosis
dengan penyempitan ureter-kandung kemih, gambaran pe-
nyembuhan penderita pielonefritis, kalises melebar dan
korteks menipis. Pada kandung kemih tampak divertikula atau
permukaan yang tidak rata. Sistografi retrograde buat melihat
perubahan-perubahan pada dinding kandung kemih karena
hambatan pengaliran dari kandung kemih ke uretra seperti
trabekulasi dan divertikula, keadaan katub ureter-kandung
kemih tidak kompeten yang menggambarkan ureter dan piala
karena refluks atau bila disuruh buang air kecil lebih jelas.
Urografi retrograde dapat memberikan gambaran yang lebih
baik dari ekskretoris, tetapi banyaknya bahan yang dimasuk-
IV. Alat periksa
Kateter dapat memberi kesan adanya rintangan dan menge-
luarkan air kemih sisa. Sistoskopi membawa peran menegak-
DIAGNOSA
Menegakkan diagnosa obstruksi saluran kemih berdasar-
obstruksi :
1. melihat dan meraba sesuatu penyumbatan.
2. memasang kateter, berkesan adanya sesuatu rintangan dan
adanya air kemih yang tertahan.
3. urogram ekskretoris menunjukkan adanya bagian yang me-
lebar dan pengaliran yang lambat.
4. urogram retrograde menunjukkan penumpukan bahan
kontras yang menumpuk abnormal,
5. sitoskopi dapat melihat adanya penyumbatan.
6. diketemukannya batu pada foto atau kesan pada sentuhan
atau dapat diraba.
7. diketemukannya bengkakan yang langsung menindis atau
bermukim pada saluran.
78
Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982
8. sistoskopi dan sistogram yang menunjukkan adanya diver-
tikula dan trabekulasi.
Sesuatu infeksi saluran kemih yang hanya sedikit atau tak
menolong dengan pengobatan medik atau berulang kambuh,
perhatian dilemparkan kepada kemungkinan adanya penyum-
batan atau keadaan berbalik alir kandung kemih-ureter (ref-
lux).
PENYULIT
Umumnya setiap halangan air kemih mengundang keha-
diran bakteri yang sulit dibrantas sekalipun hambatan saluran
telah disingkirkan. Bakteri yang sering adalah pemecah ureum
seperti bakteri proteus, stafilokok, yang menyebabkan kemih
menjadi lindi sehingga garam-garam lindi mengendap biasa-
nya pada kandung kemih dan ginjal. Gangguan faal ginjal,
pielonefritis, hidronefrosis dan pyonefrosis adalah penyulit-
penyulit akhir yang sangat memberatkan sisakit.
TERAPI
Tindakan dalam pengobatan obstruksi saluran kemih di-
arahkan kepada : (1) penyingkiran penyumbatan untuk peng-
aliran kemih yang tak-terhalang. (2) pemberantasan infeksi.
1. Saluran kemih terdiri dari susunan alat tubuh :
Obstruksi Uretero-vesikalis : dilatasi, . elngongasi, angulasi
"HIDRO--URETER/URETEREKTASI
"
, melanjut, terjadi :
--Gangguan funksi ginjal, kegagalan ginjal
--Pielonefritis
--Pyonefrosis
-- Hidronefrosis.
2. Adanya kaitan yang erat dan saling pengaruh mempenga-
ruhi :
3. Pada hulu obstruksi saluran kemih saluran berusaha meng-
ungguli hambatan dengan meningkatkan daya dorong dari
kontraksi otot (kompensasi) dan jika berlarut-larut tak
kuasa lagi (dekompensasi) dan akibatnya air kemih menum-
puk atau bersisa (residu).
4. Kerusakan pada ginjal : dini atau lambat bergantung kepada
letak, jenis dan lama penyumbatan. Letak yang lebih ke
hulu, jenis sumbatan hampir total dan sudah berlangsung
lama dengan dini melibatkan ginjal.