Kamis, 30 Juli 2009

askep dermatitis

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DERMATITIS

1. Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersnsitivitas lambat tipe IV, kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang irirtan atau alergenik. Ada 4 bentuk dasar: alergik, iritan, fototoksik, fotoalergika. Hampir setiap zat dapat menimbulkan dermatitis kontak antara lain: poison ivy, bahan kosmetika, sabun deterjen, dan bahan industri

Manifestasi klinik

Gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit (vesikel), dan edema yang diikuti pengeluaran sekret, pembentukan krusta dan akhirnya pengeringan serta pengelupasan kulit.

Rangkuman karakteristik dari dermatitis kontak

Tipe

Etiologi

Gambaran Kinis

Pemeriksaan Diagnostik

Terapi

Alergik

Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alerginik. Tipe ini memiliki periode sensitivitas 10-14 hari

v Vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis

v Edema intrasel

v Biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan

Tes Pacth

v Hindari bahan penyebab

v Larutan Burrowl atau kompres air dingin

v Kortikosteroid sistemik selama 7 hari

Iritan

Terjadi akibat kontak dengan bahan secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan dalam waktu yang lama

v Kekeringan kulit dalam beberapa hari hingga beberapa bulan

v Vesikula, fisura dan pecah-pecah

v Tangan dan lengan bawah merupakan bagian yang sering terkena.

Hasil patch test negatif yang sesuai

v Anti histamin untuk mengurangi pruritus

v Identifikasi dan penghilangan sumber iritasi

v Pemberian krim untuk mendinginkan kulit dan mengurangi iritasi

v Kortikosteroid topikaldan obat kompres untuk mengatasi lesi yang berair

v Antibiotik untuk mengatasi infeksi dan antihistamin oral untuk pruritus

Fototoksik

Menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak kulit

Serupa dengan dermatitis iritan

Tes photopatch

v Sama seperti dermatitis alergika dan iritan

Fotoalergik

Menyeruoai dermatitis alergika tetapi memerluka pajanan cahay di samping kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas immunologik

Serupa dengan dermatitis alergika

Tes photopatch

v Sama seperti dermatitis alergika dan irita

2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata “atopic” berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis (influensa), dan dermatitis atopik

Insiden

Kejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari klien dermatitis atopik mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyai riwayat gangguan alergi. Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasa mengganggu mempengaruhi 0,5 – 1 % penduduk seluruh dunia

Etiologi

Penyebab utama dermatitis atopik adalah belum diketahui. Xerosis adalah biasa lebih buruk selama periode kelembaban rendah; musim dingin daerah garis lintang utara memperburuk gatal-gatal

Patofisiologi

Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik.

Manifestasi Klinik

Dermatitis atopik dimulai sejak selama anak-anak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipat siku.

Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi, yang mrupakan keluhan utama orang mencari bantuaan

Komplikasi

Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.

Penatalaksanaan Diet

Penatalaksanaan diet pada dermatitis atopik masih merupakan masalah yang kontroversional. Alergi makanan yang signifikan, tidak diketahui sebagai penyebab dari dermatitis atopik atau berapa persentase dari klien dermatitis atopik yang mempunyai alergi terhadap makanan. Alergen yang paling umum yang sering muncul adalah telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dan ikan. Alergen yang telah diketahui ini harus dihindari. Perawataan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya malnutrisi ketika melakukan pembatasan diet apa saja.

3. Reaksi Obat dan Medikasi (Dermatitis Medikamentosa)

v Dermatitis Medikamentosa adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumya reaksi obat timbul mendadak, raum dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

v Urtikaria merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe I yang ditandai dengan kemunculan mendadak lesi yang menonjol edematosus, berwarna merah muda dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Bagian tubuh yang terkena termasuk membran mukosa (mulut), laring dan traktus gastrointestinal.

v Edema Angioneurotik merupakan pembengkakan timbul mendadak beberapa detik atau menit, atau secara perlahan-lahan, yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam, sehingga tidak nampak lesi diluar. Bagian tubuh yang sering terkena adalah bibir, kelopak mata, pipi, tangan, kaki, genitalia dan lidah; membran mukosa laring, bronkus, dan saluran gastrointestinal.

v Alergi makanan merupakan bentuk hipersensitivitas tipe I. Gejala klinisnya berupa gejala alergi yang klasik seperti yang lainnya.

v Serum sickness merupakan hipersensitivitas tipe III komplek imun.

Pengkajian Keperawatan

Klien dengan dermatitis harus dikaji bagaimana kebiasaan hygiene sehari-hari (misal: apakah klien mandi menggunakan sabun dan air panas?), pengobatan yang telah diberikan, terpapar oleh alergen, terpapar lingkungan, dan riwayat kerusakan kulit.

Modifikasi perencanaan untuk klien lansia

Dermatitis adalah gangguan kulit yang umum pada lansia. Ini dapat disebabkan karena hipoproteinemia, insufisiensi vena, alergen, iritan, atau penyakit keganasan seperti leukemia atau lymphoma. Karena klien lansia sering minum lebih dari satu obat, maka dermatitis karena interaksi obat dapat dipertimbangkan. Kerapuhan kulit harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemberian pengobatan. Kebanyakan klien lansia tidak membutuhkan mandi setiap hari dan harus menghindari air panas untuk mandi begitu pula sabun. Air kran dan bahan-bahan yang tidak membuat kering kulit dapat digunakan.

Asuhan Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit

Kriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan

· Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit

· Berkurangnya derajat pengelupasan kulit

· Berkurangnnya kemerahan

· Berkurangnya lecet karena garukan

· Penyembuhan area kulit yang telah rusak

Intervensi:

Ø Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. Rasionalisasi dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.

Ø Gunakan air hangat jangan panas. Rasionalisasi air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.

Ø Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa. Rasionalisasi sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

Ø Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. Rasionalisasi salep atau krim akan melembabkan kulit.

2. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen

Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan

· Menghindari alergen

Intervensi:

Ø Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

Ø Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen

Ø Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah

Ø Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. Rasionalisasi AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

3. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus

Kriteria hasil: klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan

· Berkurangnya lecet akibat garukan

· Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal

· Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

Intervensi:

Ø Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.

Ø Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

Ø Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas

Lembar Pengkajian Alergi

Nama: ……………………….. usia ……… Jenis Kelamin …………. Tanggal ……….

1. Keluhan utama: ………………………………………………………………………..

2. Keadaan sakit yang sekarang: …………………………………………………………

3. Gejala alergik kolateral:

Ø Mata: Pruritus Perasaan terbakar Lakrimasi Pembengkakan Sekret

Ø Telinga: Pruritus Rasa penuh Berdenging Sering infeksi

Ø Hidung: Bersin-bersin Rinore Obstruksi Pruritus Bernapas lewat mulut Sekret purulen

Ø Tenggorok: Sakit leher Pruritus palatum Mukus pada pagi hari

Ø Dada: Batuk Nyeri Mengi Dispnea Waktu istirahat Waktu aktivitas

Sputum Warna………… Jumlah…………………

Ø Kulit: Dermatitis Ekzema Urtikaria

4. Alergi dalam keluarga

5. Terapi tes alergi kulit sebelumnya ………………………………………………….

Ø Tes kulit sebelumnya …………………………………………………………….

Ø Obat-obatan: Antihistamin Membaik Tidak membaik

Broncodilator Membaik Tidak membaik

Tetes hidung Membaik Tidak membaik

Hiposensitisasi Membaik Tidak membaik

Durasi……………… Antigen ……………… Reaksi ……………….

Antibiotik Membaik Tidak membaik

Kortikosteroid Membaik Tidak membaik

\6. Unsur-unsur fisik dan Kebiasaan: ………………………………………………….

Ø Terganggu oleh:

Tembakau, selama……..tahun/bulan Alkohol AC

Rokok, jumlah……….pak/hari Panas Udara berkabut

Lisong, selama……….. Dingin Perubahan cuaca

Pipa, jumlah ……………perhari Parfum Bahan kimia

Tidak pernah merokok Cat Hair spray

Terganggu asap rokok Insektisida Surat kabar

Kosmetika

7. Tindakan yang dilakukan bila gejala terjadi …………………………………………

Ø Waktu dan keadaan saat kejadian pertama ………………………………………

Ø Kesehatan sebelumnya: …………………………………………………………

Ø Riwayat sakit dalam dekade: progresif Regresi

Ø Waktu terjadinya dalam satu tahun: ……kali Sepanjang tahun Musiman Kambuh pada musim tertentu …………. Sebulan:……kali Seminggu:…...kali Setiap hari Pagi Siang Malam

Ø Variasi menstruasi……..

Ø Pekerjaan: ……………

Ø Sesudah sengatan serangga: …………………………………………………….

8. Di mana gejala terjadi: ………………………………………………………………..

Ø Tinggal di mana pada saat mulai terjadi: ……………………………………….

Ø Akibat liburan atau perubahan geografis yan penting: ………………………….

Ø Gejala membaik: Di dalam rumah Di luar rumah

Ø Efek sekolah atau bekerja:………………………………….

Ø Efek lingkungan yang khusus: ………………………………

Ø Efek perawatan di rumah sakit: ……………………………..

Ø Apakah gejala terjadi di sekitar: Tumpukan daun yang sudah lama Tumpukan jerami Danau Kandang hewan Rumah musim panas Gudang yang lembab Loteng yang kering Pemotongan rumput di lapangan Dekat hewan Lainnya………………………..

Ø Apakah gejala terjadi sesudah mengkonsumsi: Keju Cendawan Bir Melon Pisang Ikan Kacang-kacangan Buah jeruk Makanan lainnya ……………….

Ø Rumah: Perkotaan Pedesaan Dekat jalan raya Rumah kuno (usianya)……..tahun Apartemen Basement Lembab Kering

Tempat tidur: Tipe Usia Ruang keluarga: Tipe Usia

Bantal …………… …………… Karpet …………… …………..

Kasur …………… …………… Permadani …………… …………..

Selimut ……………. …………… Perabot …………… …………..

Selimut tebal………… ……………

Perabot …………… ……………

9. Keadaan yang diperkirakan membuat gejala semakin parah: ………………………….

10. Keadaan yang membuat pasien terbebas dari gejala alergi: …………………………

11. Komentar tambahan: …………………………………………………………………



Daftar Pustaka
  1. Polaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical. Ed.1. Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
  1. Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
  1. Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual of Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester. Cetakan 1.Jakarta: EGC. 200
  1. Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002

Senin, 27 Juli 2009

Polip Hidung

DEFINISI
Polip Hidung adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak.

PENYEBAB
Penyebab terjadinya polip tidak diketahui, tetapi beberapa polip tumbuh karena adanya pembengkakan akibat infeksi.

Polip sering ditemukan pada penderita:

· Rinitis alergika

· Asma

· Sinusitis kronis

· Fibrosis kistik.

GEJALA
Polip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung.
Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan.

Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan adanya penurunan fungsi indera penciuman.
Karena indera perasa berhubungan dengan indera penciuman, maka penderita juga bisa mengalami penurunan fungsi indera perasa dan penciuman.

Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis.

Penderita anak-anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.

DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN
Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid kadang bisa memperkecil ukuran polip atau bahkan menghilangkan polip.

Pembedahan dilakukan jika:

· Polip menghalangi saluran pernafasan

· Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus

· Polip berhubungan dengan tumor.

Polip cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak terkontrol.
Pemakaian obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid bisa memperlambat atau mencegah kekambuhan. Tetapi jika kekambuhan ini sifatnya berat, sebaiknya dilakukan pembedahan untuk memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan-bahan yang terinfeksi.

Bila anda mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan besar anda menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.

Polip hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan disebabkan oleh karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung lama. Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka.

Prinsip pengobatan dari polip hidung yaitu mengatasi polipnya dan menghindari penyebab atau faktor faktor yang mendorong terjadinya polip. Bila polip kecil dilakukan pengobatan dengan obat obatan oral dan penyemprotan dengan obat semprot hidung. Namun bila polip besar dan tidak dimungkinan dengan pengobatan oral atau semprot maka harus dilakukan operasi pengangkatan polip.

Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung.

Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai, bentuk bulat atau lonjong,berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.Sering bilateral dan multipel. Polip merupakan manifestasi dari berbagai penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rinitis alergi, asma, dan lain-lain.
Etiologi Polip Hidung
Etiologi polip hidung belum diketahui secara pasti. Namun ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya polip nasi, yaitu :
1. Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik dan berulang.
2. Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Edema. Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.
Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli.
Fenomena Bernoulli merupakan penjelasan dari hukum sunnatullah yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa.Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung. Ada juga bentuk variasi polip hidung
yang disebut polip koana (polip antrum koana).Polip koana (polip antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring.

Diagnosis Polip Hidung

Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik. Terlihat deformitas hidung luar.
3. Rinoskopi anterior. Mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung.
4. Endoskopi. Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal.
5. Foto polos rontgen & CT-scan. Untuk mendeteksi sinusitis.
6. Biopsi. Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
Anamnesis untuk diagnosis polip hidung :
1. Hidung tersumbat.
2. Terasa ada massa didalam hidung.
3. Sukar membuang ingus.
4. Gangguan penciuman : anosmia & hiposmia.
5. Gejala sekunder. Bila disertai kelainan jaringan & organ di sekitarnya seperti post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Terapi Polip Hidung
Ada 3 macam terapi polip hidung, yaitu :
1. Medikamentosa : kortikosteroid, antibiotik & anti alergi.
2. Operasi : polipektomi & etmoidektomi.
3. Kombinasi : medikamentosa & operasi.
Berikan kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya. Gunakan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu singkat. Berikan antibiotik jika ada tanda infeksi. Berikan anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang,dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi.Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.

anatomi dalam hidung

anatomi dalam hidung

anatomi hidung sagital

anatomi hidung sagital

Rabu, 15 Juli 2009

Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Oleh : anwar fuad putra STIKes CRB

Lokasi Jantung

  • Di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga Thorax.
  • Tepat di belakang dada (sternum).
  • Kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis tengah.
  • Fungsi : sebagai pompa ganda agar terjadi aliran dalam pembuluh darah yang disebabkan adanya pergantian antara kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
  • Ukuran : 250-350 gram (kira-kira sebesar kepalan tangan)

Lapisan Jantung :

  • Lapisan Pericardium (Luar).
  • Lapisan Miocardium (Tengah).
  • Lapisan Endocardium (Dalam).

Pericardium :

  1. Fibrous pericardium
  2. Serous pericardium

- parietal pericardium.

- Visceral pericardium (or epicardium).

Ruang Jantung :

  1. Atrium Kanan.
  2. Atrium Kiri.
  3. Ventrikel Kanan.
  4. Ventrikel Kiri.

Katup Jantung

  1. Katub Atrioventrikuler.

- Katub Trikuspidalis.

- Katub Mitral.

  1. Katub Semilunar.

- Katub Pulmonal.

- Katub Aorta.

Anatomy of the Heart

  • Heart chambers:

- Left & right atria.

- Left & right ventricles.

  • Heart valves :

- Atrioventricular valves.

# Right : Tricuspid.

# Left : Bicuspid/Mitral.

- Semilunar valves

# Right : Pulmonary valve.

# Left : Aortic valve.

Pembuluh Darah pada Jantung

  1. Arteri Koroner.

- Left Anterior desendence (LAD).

- Left Cicumflex (LCx).

  1. Vena Jantung.

- Vena Tebesian

- Vena Kardiaka

- Sinus Koronarius

Fisiologi Sirkulasi Darah

Pembuluh Darah :

  1. Arteri

- Arteri.

- Arteriol.

- Kapiler.

  1. Vena

- Venul.

- Vena.

Sirkulasi Sistemik

  1. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
  2. Mengalirkan darah ke berbagai organ.
  3. Tekanan permulaan besar.
  4. Mengalami banyak tahanan.
  5. Kolom hidrostatik panjang.

Sirkulasi Pulmonal

  1. Mengalirkan darah ke paru-paru.
  2. Berfungsi untuk paru-paru.
  3. Tekanan permulaan rendah.
  4. Tahanan sedikit.
  5. Kolom hidrostatik pendek.

Sistim Konduksi Jantung

Merupakan sistim hantaran untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi jantung.

Sifat jaringan khusus Jantung :

  1. Otomatisasi.
  2. Irama.
  3. Konduksi.
  4. Daya rangsang.

Intrinsic Conducting System.

  • Sinotrial node

- Electrical pace maker.

  • Atrioventricular node

- Receives impulses originating from SA node.

  • Bundle of His

- Electrical link between atria and ventricles.

  • Purkinje fibres.

- Distribute impulses to ventricles.

FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG

Fungsi jantung dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output), yaitu :

  • Beban awal.
  • Kontraktilitas.
  • Beban Akhir.
  • Frekwensi Jantung.

The Cardiac Cycle

  • Systole :

- Period of ventricular contraction.

- Blood ejected from heart.

  • Diastole :

- Period of ventricular relaxation.

- Blood filling.

  • Stroke Volume

- The amount of blood ejected from the heart in one beat.

- Average is 60-100 ml.

- Depends on preload, contractile force and afterload.

  • Cardiac Output

- The amount of blood ejected from the heart in one minute.

- Cardiac output = heart rate x stroke volume.

HUKUM FRANK STARLING

- Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta.

- Dalam batas fisiologis, jantung memompakan darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.

Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.

Entry Filed under: Uncategorized

1 Comment Add your own

· 1. Tiwi | Maret 18, 2009 at 7:53 am

Hanya untuk masukan ya,klo bsa ada animasi sirkulasi peredran darah.

Balas

Selasa, 14 Juli 2009

Obstruksi saluran kemih

Uropati Obstruktif

Menam Ginting

Bagian llmu Bedah

Fakultas Kedokteran USU/ RS Dr. Pirngadi

Medan.

Saluran air kemih adalah sesusunan alat tubuh yang berpe-

ran untuk membentuk dan menyalurkan air kemih, terdiri dari

ginjal, piala, ureter, kandung kemih dan uretra. Air kemih

adalah cairan hasil produksi ginjal dari darah, mengandung

bahan sisa hasil pertukaran zat yang larut di dalam air untuk

dibuang keluar dari tubuh. Kaitan lintasan dan gerak alir air

kemih sebagai berikut :

Cairan darah yang dialirkan ke dalam ginjal mengalami sederet-

an proses: filtasi, resorpsi, sekresi dan homeostatis pada pem-

bentukan air kemih ini, kemudian produksi ini dilimpahkan

ke dalam piala buat mengatur pengaliran selanjutnya. Bertolak

dari piala dengan dorongan gerakan peristaltik disertai pengaruh

gaya-berat yang berkala, air kemih disalurkan melalui penyalur

ureter buat selanjutnya dipercikkan masuk ke dalam kandung

kemih (efflux). Pada kesempatan ini kandung kemih terisi oleh

percikan-percikan ureter sehingga berangsur-angsur penuh

mencapai daya muat kandung kemih, yang setelah itu kandung

kemih mengerrut memompa air kemih sampai habis ke uretra

(afflux) untuk dibuang ke alam bebas sebagai siraman

pancaran buang air kecil. Pada persambungan ureter-kandung

kemih, ureter berjalan miring masuk sepanjang dinding kan-

dung kemih sehingga berperan seakan-akan katub yang mele-

watkan aliran air kemih dari ureter ke kandung kemih saja

dan mencegah pengaliran sebaliknya (reflex).

Pada persambungan kandung kemih-uretra terdapat otot

sfmkter yang hanya terbuka sewaktu kandung kemih menge-

rut memompakan isinya keluar. Sewaktu kandung kemih

menampung, air kemih dipercikkan dari ureter ke dalam kan-

dung kemih (efflux), sedang persambungan kandung kemih --

uretra tertutup rapat. Sewaktu kandung kemih memompa,

persambungan ureter -- kandung kemih tertutup, air kemih

dialirkan dari kandung kemih ke uretra (afflux), lazim dina-

makan air kecil.

PENDAHULUAN

Obstruksi lintas air kemih menyebabkan gerak alir air

kemih tertahan (retensi). Hal ini dapat teijadi di sepanjang

lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada uretra.

Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan olelr kelainan

mekanik di dalam liang, pada dinding atau tindisan dari luar

terhadap dinding lintasan atau disebabkan kelainan dinamik

(neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena kelainan

dibawa lahir atau diperdapat. Selanjutnya penyumbatan ini

bisa menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (sub-

total) dengan masing-masing bisa tampil dengan mendadak,

menahun atau berulang timbul.

Adanya rintangan penyumbatan lintas air kemih

meng-

akibat

an gerak alir tertahan sehingga air kemih pada hulu

sumbatan terbendung dan menumpuk seluruhnya pada pe-

nyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan

sebagian air kemih dan menahan sebagian lain yang berangsur-

angsur menumpuk. Tumpukan air kemih ini meregangkan

lintasan pada hulu obstruksi sehingga melebar. Bagian hulu

saluran ini berusaha meningkatkan tenaga dorong untuk

mengungguli hambatan sumbatan dengan menambah kuat-

kontraksi jaringan otot dinding saluran agar penyaluran air

kemih dapat berlangsung sempuma seperti biasanya (kom-

pensasi). Bila keadaan ini berlangsung lama, tenaga dorong

mengkompenser menjadi lelah hingga tak berdaya lagi

mendorong air kemih dengan sempurna seperti biasa (de-

kompensasi).

Selanjutnya pada perlangsungan obstrusi biasanya meng-

undang kehadiran bakteri dan pembentukan batu yang me-

nyebabkan

penyulit-penyulit

yang lebih

memberatkan

keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal

sehingga terjadi gangguan faal ginjal, hidronefrosis, pielo-

nefritis atau pyonefrosis.

Obstruksi yang lebih ke hulu dekat kepada ginjal, harnbat-

an yang lebih sempurna dan berlangsung sudah lama melibat-

kan kerusakan ginjal lebih cepat.

Bagaimana

meningkatkan

ke-

mampuan agar mengetahui dan

melola -- "GEJALA, TANDA

dan PENYULIT yang se-DINI

MUNGKIN" -- sebagai daya-upaya membangun DIGANOSTIK

,DINI adalah menjadi permasalahan untuk dipecahkan dalam

pembenahanmenuju ke TERAPI DINI dengan tujuan sasaran

PROGNOSA yang baik bagi si penderita, s e m o g a!

PATOGENESIS DAN PATOLOGI

Obstruksi pada saluran kemih menyebabkan gangguan gerak

alir. Pada bahagian hulu saluran yang Iangsung berwatas de-

ngan penyumbatan berusaha meningkatkan tenaga pendorong

untuk menyalurkan air kemih dengan memperkuat kontraksi

otot dinding saluran untuk mengungguli rintangan. Semakin

Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

75

background image

jauh ke hulu dari tempat penyumbatan semakin berkurang

pengaruh-pengaruh akibatnya, akan tetapi lama-kelamaan

secara berangsur melibatkan seluruh saluran kemih termasuk

ginjal. Memperhatikan gerak alir air kemih yang dimulai dari

piala ginjal ke-ureter, kandung kemih dan uretra, maka dapat-

lah terjadi sebagai berikut : obstruksi di uretra melibatkan

kandung kemih, dan bila timbul "gangguan kompetensi katub

ureter -- kandung kemih" hingga menyebabkan berbalik -- alir

(reflux) dari kandung kemih ke ureter, hal ini melibatkan

ureter dan piala yang berlanjut terus merusak ginjal. Hal yang

sama dapat berlangsung sedemikian rupa bila ada penyumbat-

an pada ureter atau piala ginjal. Bagaimana kelanjutannya ke-

jadian yang timbul pada hulu saluran kemih akibat dari suatu

obstruksi, diturunkan sebagai berikut :

1. KULUP

Penyempitan liang kulup menyebabkan kulup mengem-

bung sewaktu buang air kecil. Bila keadaan ini berlarut-larut

mengakibatkan radang balanopostitis atau batu di liang kulup

dengan penyulit-penyulitnya.

2. URETRA

Penyempitan atau penyumbatan pada uretra menyebabkan

bagian hulunya melebar sehingga dinding uretra tersebut men-

jadi tipis, kadang menimbulkan divertikel dan bisa pecah yang

mengalirkan air kemih di sekitamya. Pipa semprot manipun

bisa melebar. Pada setempat bisa terjadi batu dan infeksi

sebagai penyulit-penyulitnya.

3. KANDUNG KEMIH

Penyumbatan atau penyempitan saluran kemih pada leher

kandung kemih dan uretra menyebabkan gangguan lintas

pembuangan air kemih sehingga kandung kemih mengada-

kan usaha dengan meningkatkan daya pompa ditunjang de

-

ngan pengerutan persambungan ureter-kandung kemih untuk

melebarkan leher kandung kemih. Dengan peningkatan daya

pompa ini, maka tekanan hidrostatis di dalam kandung me-

ningkat dari 20 -- 40 cm air menjadi 50 -- 100 cm air atau

lebih. Keadaan ini biasanya terdapat pada penyempitan uretra

pada anak laki-laki pada pangkal dan pada anak perempuan

pada ujung dan pada laki-laki tua oleh karena pembesaran

prostat atau pada sindroma prostatismus sans prostate. Pada

waktu dini kandung kemih masih dapat memenuhi faalnya

dengan sempurna karena otot-detrusornya menjadi hipertrofi

dan jika berlarut-larut berlangsung ototnya menjadi tipis dan

lemah hingga tak dapat memenuhi faalnya lagi dengan sem-

purna. Keadaan berobah dari kompensasi menjadi dekom-

pensasi.

A. MASA KOMPENSASI

a. Kandung kemih seperti balok-balok (trabekulasi).

Sewaktu kandung kemih berisi penuh berkas otot detrusor

menjulang ke permukaan mukosa seperti balok, demikian

juga halnya dengan segitiga kandung kemih, keadaan mana

menambah rintangan percikan ureter ke kandung kemih.

b. Sellula

Tekanan dalam kandung kemih yang tinggi sewaktu me-

mompa mendorong mukosa di antara tonjolan balok-balok

berkas otot sehingga merupakan lekukan kantong-kantong

kecil.

c. Divertikula

Bisa tekanan yang tinggi ini lebih mendorong mukosa se-

hingga menyembul keluar ke permukaan sehagai kantong.

Kantong ini tidak mengandung otot huat memompa isinya,

karena itu mudah terkena infeksi. Bila divertifikula menge-

76

Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

nai persambungan ureter-kandung kemih maka faal sebagai

katub menjadi inkompeten dan bisa menyebabkan reflux.

d. Mukosa.

Bila terjadi infeksi yang akut terjadi hiperemi dan edema

yang menyebabkan reflux. Pada infeksi khronis mukosa

menjadi tipis dan pucat.

Masa kompensasi ini dapat dibagi keadaannya dalam 2 tahap,

yaitu :

(a) Tahap berlebih peka

Pancaran dan besar aliran air kemih masih seperti biasanya

karena daya pompa masih sanggup mengatasi rintangan yang

ada, hanya saja otot detrusor menjadi berlebih peka. Dengan

regangan yang sedikit saja pada waktu menampung air kemih

dari ureter telah merangsang hajat untuk buang air kecil sedang

bagi keadaan yang biasa masih dapat mengurungkannya karena

kandung kemih masih bisa melembek dan menampung air

kemih lebih banyak. Dengan demikian gejala dini dari penyum-

batan atau penyempitan pada leher kandung kemih dan uretra

ialah hajat buang air kecil yang bolak-balik dan mendesak

pada waktu siang ataupun pada malam hari.

(b) Tahap kompensasi

Bila penyumbatan atau penyempitan berlarut-larut terus,

maka disamping buang air kecil yang bolak-balik dan men-

desak, mengedan sejenak, memulai buang air kecil harus me-

nunggu sejenak sampai kuat kontraksi otot cukup kuat meng-

atasi rintangan. Pancaran dan besar aliran air kemih semakin

berkurang terlebih-lebih menjelang pengosongan kandung

kemih.

B. MASA DEKOMPENSASI

Pada rintangan yang meningkat atau berlarut-larut dan

lagi diperberat oleh infeksi bisa menimbulkan terjadinya

air kemih sisa sampai 500 mililiter atau lebih. Hal ini di-

sebabkan oleh kontraksi otot detrusor yang jadi lebih singkat

untuk memompakan air kemih dengan sempurna sehingga

bersisa (residu).

Masa dekompensasi berlangsung sebagai berikut :

(i) Dekompensasi akut

Dapat terjadi dengan mendadak otot detrusor tak kuasa lagi

mengkompenser, karena pengisian tiba-tiba yang banyak dari

ureter ke dalam kandung kemih atau otot ini teregang sekali.

Akibatnya, terganggu pengaliran kemih, secara mendadak ter-

henti kendatipun kandung kemih belum kosong sempurna

dan meninggalkan air kemih sisa. Penghambatan aliran kemih

dalam keadaan ini terhalang total dan tiba-tiba.

(ii) Dekompensasi khronis

Pengosongan kandung kemih berangsur-angsur bertambah

sulit dan akibatnya air kemih bisa semakin bertambah banyak

dan daya tampung menjadi berkurang. Hajat buang air kecil

semakin bertambah sering dan sesewaktu bisa terhalang total.

Dengan kehilangan daya pompa kandung kemih terjadilah

beser limpahan kepenuhan (inkotinensia pardoksa).

4. URETER

Lintasan ureter yang miring melalui dinding kandung kemih

untuk bermuara ke dalam rongga kandung kemih, berperan

seakan-akan katub yang melalukan kemih mengalir dari ureter

masuk ke dalam rongga kandung kemih, sebaliknya meng-

halangi pengaliran kembali (melalukan efflux dan meng-

halangi reflux). Meskipun tekanan di dalam kandung kemih

tinggi sewaktu memompa, namun tidak disalurkan berbalik

ke dalam ureter, piala dan seterusnya ke ginjal, hal ini dise-

babkan kompetensi persambungan ureter -- kandung kemih.

background image

Pada keadaan dekompensasi kandung kemih di mana dijum-

pai persambungan ureter -- kandung kemih menjadi in-

kompeten, tekanan ini disalurkan ke dalam ureter, piala dan

seterusnya ke ginjal. Juga pada kandung kemih yang ber-

balok-balok, edema dan meradang dapat mengakibatkan peran

katub tak kompeten lagi. Rentetan akibat-akibat dari ber-

balik alir ini terjadi dengan hal yang sama dijumpai seperti

pada penyumbatan ureter atau piala ginjal. Pada hulu pe-

nyumbatan atau penghalangan alir air kemih otot dinding

ureter menjadi hipertrofis dalam usaha meningkatkan gerak

peristaltik mendorong air kemih. Berpapasan dengan sumbat-

an di bagian hulu ureter melebar (dilatasi) karena pelonggokan

air kemih. Gerakan peristaltik yang meninggi ini menyebab-

kan ureter bertambah panjang (elongasi) sampai berliku-liku.

Lama-kelamaan di sekitar ureter terbentuk jaringan ikat dan

kerutan jaringan ini menyebabkan penekikan (angulasi) yang

menambah kesulitan pengaliran air kemih. Bila pengaliran air

kemih ini sedemikian terus berkelanjutan maka otot dinding

ureter dan piala menjadi lemah dan terjadi dekompensasi.

Pelebaran ureter (ureteriksasi, hidro-ureter) kemudian melibat-

kan piala ginjal (pielektasi) untuk selanjutnya mengikut-serta-

kan ginjal (hidro-nefrosis) yang keseluruhannya menjadi hidro-

ureteropiélo-nefrosis , yaitu suatu atrofi ginjal yang disebab-

kan oleh penyumbatan saluran yang tidak menyumbat sem-

purna (sub-total), di mana sebagian air kemih masih lewat dan

selainnya tertahan. Pada penyumbatan yang sempurna (total)

terjadi atrofi primer ginjal. Penyumbatan semakin ke hulu

dengan menyumbat hampir sempurna dan berlangsung lama,

dengan cepat merusak ginjal.

5. GINJAL

Dalam keadaan normal tekanan di dalam rongga piala

kecil sekali mendekati nol. Pada penyumbatan disaluran ureter

atau berbalik alir dari kandung kemih ke ureter (reflux)

mengakibatkan piala dengan kalises melebar disebabkan te-

kanan hidrostatis yang meninggi. Terjadinya kerusakan ginjal

atrofi hidronefrosis, tergantung kepada letak, sifat dan lama-

nya sumbatan saluran aliran kemih. Disamping itu tergantung

juga kepada bentuk piala yang berada di dalam atau di luar

ginjal. Piala yang berada di dalam rangkulan ginjal lebih dini

mengakibatkan kerusakan ginjal daripada piala yang diluar

ginjal, karena tekanan hidrostatis yang tinggi. Pada penyum-

batan atau berbalik alir air kemih pada ureter yang seterusnya

melibatkan piala ginjal, mula-mula otot dinding piala menjadi

hipertofis dalam usaha mendorong air kemih. Bila kejadian

ini berlarut-larut otot ini menadi lemah dan berakhir dengan

kelumpuhan dekompensasi. Perobahan yang pertama terjadi

pada kalises. Bentuk kaliks yang normal cekung oleh penon-

jolan papil ginjal ke piala. Papil ini terdiri dari pipa-pipa pe-

ngeluaran/pembuangan tempat bermuaranya satuan ginjal

(nefron). Pada tekanan hidrostatis yang meninggi di dalam

rongga piala, bentuk cekung kalises ini berobah jadi ceper dan

bila lebih lanjut menjadi cembung. Perobahan ini disebab-

kan oleh iskhemi, nekrosis dan absorpsi jaringan, sedang

jaringan di antara papil adalah bagian akhir yang rusak. Te-

kanan hidrostatis yang tinggi bila terus berlangsung menye-

babkan ginjal tertinggal merupakan suatu kantong berdin-

ding tipis berisi cairan yang terdiri dari air dan elektrolit atau

cairan nanah karena infeksi. Dengan peningkatan tekanan

hidrostatis di dalam piala yang mendekati tekanan filtrasi

glomeruli, 30 mm air raksa, menyebabkan berkurangnya pem-

bentukan air kemih dan gangguan pemekatan. Hidronefrosis

adalah suatu jenis atrofi ginjal dengan mengandung penum-

pukan cairan yang terjadi karena desakan oleh tingginya tekan-

an hidrostatis. Sungguhpun hambatan pengaliran air kemih

secara total, namun ginjal masih membentuk air kemih terus.

Air kemih ini pada piala diresorbir oleh tubuli, pembuluh

limfatis, pembuluh darah balik atau merembes ke dalam antar

jaringan ginjal. Hidronefrosis yang sebelah berakibat faalnya

terganggu, untuk memenuhi kebutuhan karena gangguan ini,

ginjal yang normal di sebelah lain menjadi hipertrofi kompen-

satoris. Bila kedua buah ginjal hidronefrotis, maka kedua buah

ginjal mengusahakan faalnya maksimal.

PENEMUAN--PENEMUAN KLINIK

Umumnya keluhan-keluhan utama menyangkut gangguan

saluran kemi adalah SAKIT. GANGGUAN BUANG AIR

KECIL dan KELAINAN AIR KEMIH. Ketiga keluhan utama

ini disertai juga dengan keluhan lain apakah kelainan sistem

antara lain gangguan saluran pencernaan makanan, demam,

menggigil, anemi, adanya bengkakan dan lain-lain. Anamnesa

berperan penting dalam pemeriksaan. Dengan menaruh per-

hatian dan menanggapi keluhan-keluhan yang dikemukakan

si penderita, begitupun dalam mengajukan pertanyaan kepada-

nya agar mendapat kelengkapan bagaimana perjalanan penya-

kit yang diderita apakah timbulnya mendadak, menahun atau

berulang kambuh, sebab penampilan mendadak bisa terjadi

dari penyakit yang menahun. Dari kesan-kesan anamnesa yang

diperoleh dapat memberi tuntunan (pesan) buat pemeriksaan

yang lebih lanjut untuk dijejaki. Dengan berencana dilaksana-

kan pemeriksaan berturut-turut dari gejala dan tanda, labora-

toria, sinar-x dan pemakaian alat periksa.

1.

Gejala dan tanda.

1. Gangguan pada pipa pembuangan dan penampung-pemom-

pa. (Uretra

dan kandung kemih).

Gejala utama dari bagian saluran kemih ini ialah hajat buang

air kecil yang bolak-balik dan mendesak, mengeluarkan air

kemih dengan aliran yang kecil dan pancaran tidak jauh dan

akhir buang air kecil menetes-netes, pada keadaan yang telah

lama meninggalkan air kemih sisa (residu). Melihat dan meraba

uretra dan daerah kemaluan apakah ada sesuatu kelainan

berupa pembengkakan atau pengerasan. Melakukan raba rek-

tal untuk mengetahui tonus sfmkter, pembesaran prostat,

pembengkakan pada rektum dan rongga panggul, demikian

juga halnya diperlukan pemeriksaan raba vaginal.

2. Gangguan pada pipa penyalur, pengatur alir dan pembentuk

(Ureter,

piala dan ginjal).

Gejala utama dari saluran ini ialah perasaan sakit pada daerah

pinggang atau pada sepanjang lintasan ureter, kadang air kemih

berdarah dan disertai gejala-gejala saluran pencernaan makan-

an. Dengan adanya infeksi menyebabkan demam-menggigil

dan kandung kemih berlebih peka terduga adanya berbalik

alir kandung kemih ke ureter (refluks). Jika ada hidronefrosis

dapat diraba sebagai pembengkakan di daerah pinggang. Men-

jadi perhatian adanya gejala dan tanda uremia. Melakukan raba

rektal dan vaginal akan memberi kesan tentang kelenjar pros-

tat, leher rahim dan kandung kemih yang masing-masing dapat

memberikan gangguan kepada ureter, sedemikian juga halnya

dengan bengkakan pada rongga panggul.

Obstruksi saluran kemih dengan pemaparan di atas beraneka

ragam, tergantung kepada hubungan mana paling menonjol.

Penyumbatan yang erat berhubungan dengan aliran dari kan-

dung kemih ke uretra seperti pembesaran prostat, penyempit-

an uretra dan batu leher kandung kemih, prostatismus sans

Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

77

background image

prostate menampilkan gejala desakan hajat buang air kecil

yang bolak-balik dengan aliran kemih yang kecil dan pancaran

tidak jauh pada siang dan malam hari.

Air kemih berdarah yang disebabkan penyebab obstruksi se-

perti batu kemih dan tumbuhan pada saluran. Bengkakan pada

perut disertai dengan senak pada ulu hati pada hidronefrosis.

Gejala dan tanda yang timbul sebagai penyulit obstruksi

dengan tidak ada atau sedikit air kemih, mual, muntah-mun-

tah, menceret, kejang otot, gangguan kesadran, menguap-

nguap ngantuk karena kegagalan ginjal. Adanya penyulit in-

feksi ginjal yang tersumbat dengan menggigil, demam dan

sakit pada daerah pinggang.

II. Laboratorium

Pada perlangsungan penyakit yang menahun dijumpai anemi.

Pada infeksi yang menahun lekosit meninggi atau hanya sedikit

saja. Kegagalan ginjal memberikan gambaran darah kreatinin

meninggi, ureum meninggi, fosfor meninggi, sedang kalsium

menurun demikian juga kalsium. Air kemih mengandung zat

putih telor, darah atau sel-sel nanah dan bakteri pada bakteriuri

dan pyuri.

III. Sinar X. Foto ikhtisar kesan besar ginjal, keadaan tulang-

belulang, setiap pengapuran atau batu. Urogram ekskretoris

buat melihat funksi dan lintasan air kemih, seperti pelebaran

saluran,penyumbatan, tumbuhan dan menunjukkan batu yang

tidak menahan sinar. Terlintas dugaan adanya refluks kan-

dung kemih -- ureter bila gambar menunjukkan pelebaran

ureter yang bertahan pada bagian bawah, bagian yang melebar

pada ureter, keseluruhan ureter tergambar jelas, hidronefrosis

dengan penyempitan ureter-kandung kemih, gambaran pe-

nyembuhan penderita pielonefritis, kalises melebar dan

korteks menipis. Pada kandung kemih tampak divertikula atau

permukaan yang tidak rata. Sistografi retrograde buat melihat

perubahan-perubahan pada dinding kandung kemih karena

hambatan pengaliran dari kandung kemih ke uretra seperti

trabekulasi dan divertikula, keadaan katub ureter-kandung

kemih tidak kompeten yang menggambarkan ureter dan piala

karena refluks atau bila disuruh buang air kecil lebih jelas.

Urografi retrograde dapat memberikan gambaran yang lebih

baik dari ekskretoris, tetapi banyaknya bahan yang dimasuk-

kan memberikan penilaian yang bisa keliru.

IV. Alat periksa

Kateter dapat memberi kesan adanya rintangan dan menge-

luarkan air kemih sisa. Sistoskopi membawa peran menegak-

kan dan memastikan penyebab obstruksi.

DIAGNOSA

Menegakkan diagnosa obstruksi saluran kemih berdasar-

kan diketemukannya atau dapat diketengahkannya sesuatu

obstruksi :

1. melihat dan meraba sesuatu penyumbatan.

2. memasang kateter, berkesan adanya sesuatu rintangan dan

adanya air kemih yang tertahan.

3. urogram ekskretoris menunjukkan adanya bagian yang me-

lebar dan pengaliran yang lambat.

4. urogram retrograde menunjukkan penumpukan bahan

kontras yang menumpuk abnormal,

5. sitoskopi dapat melihat adanya penyumbatan.

6. diketemukannya batu pada foto atau kesan pada sentuhan

atau dapat diraba.

7. diketemukannya bengkakan yang langsung menindis atau

bermukim pada saluran.

78

Cermin Dunia Kedokteran No. 28, 1982

8. sistoskopi dan sistogram yang menunjukkan adanya diver-

tikula dan trabekulasi.

Sesuatu infeksi saluran kemih yang hanya sedikit atau tak

menolong dengan pengobatan medik atau berulang kambuh,

perhatian dilemparkan kepada kemungkinan adanya penyum-

batan atau keadaan berbalik alir kandung kemih-ureter (ref-

lux).

PENYULIT

Umumnya setiap halangan air kemih mengundang keha-

diran bakteri yang sulit dibrantas sekalipun hambatan saluran

telah disingkirkan. Bakteri yang sering adalah pemecah ureum

seperti bakteri proteus, stafilokok, yang menyebabkan kemih

menjadi lindi sehingga garam-garam lindi mengendap biasa-

nya pada kandung kemih dan ginjal. Gangguan faal ginjal,

pielonefritis, hidronefrosis dan pyonefrosis adalah penyulit-

penyulit akhir yang sangat memberatkan sisakit.

TERAPI

Tindakan dalam pengobatan obstruksi saluran kemih di-

arahkan kepada : (1) penyingkiran penyumbatan untuk peng-

aliran kemih yang tak-terhalang. (2) pemberantasan infeksi.

1. Saluran kemih terdiri dari susunan alat tubuh :

Obstruksi Uretero-vesikalis : dilatasi, . elngongasi, angulasi

"HIDRO--URETER/URETEREKTASI

"

, melanjut, terjadi :

--Gangguan funksi ginjal, kegagalan ginjal

--Pielonefritis

--Pyonefrosis

-- Hidronefrosis.

2. Adanya kaitan yang erat dan saling pengaruh mempenga-

ruhi :

3. Pada hulu obstruksi saluran kemih saluran berusaha meng-

ungguli hambatan dengan meningkatkan daya dorong dari

kontraksi otot (kompensasi) dan jika berlarut-larut tak

kuasa lagi (dekompensasi) dan akibatnya air kemih menum-

puk atau bersisa (residu).

4. Kerusakan pada ginjal : dini atau lambat bergantung kepada

letak, jenis dan lama penyumbatan. Letak yang lebih ke

hulu, jenis sumbatan hampir total dan sudah berlangsung

lama dengan dini melibatkan ginjal.