Selasa, 30 Maret 2010

PENGERTIAN WAHAM

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Adapun macam – macam waham yaitu :

 Waham bingung yang aneh
 waham kejar, terutama bentuk tidak sistematis
 Waham kebesaran
 Waham mempengaruhi, pasien yakin bahwa mereka dapat mengontrol suatu presitiwa melalui telepati.
 Waham rujukan, pasien meyakini ada arti di balik peristiwa – peristiwa dan meyakini perbuatan orang lain seolah – seolah secara khusus diarahkan pada mereka.
 Waham penyiaran pikiran, keyakinan bahwa orang lain dapat mendengar pikiran mereka
 Waham penyisipan pikiran, keyakinan bahwa pikiran orang lain dimasukkan dalam benak pasien.

GANGGUAN WAHAM
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
• Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atauwaktu tertentu, atau aktivitas tertentu)
• Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan – alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
• Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
• Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya
Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif,
ide – ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Etiologi tidak diketahui. tidak ada faktor genetik atau biologik yang telah diidentifikasi. insidennya lebih tinggi pada kelompok pengungsi, kelompok minoritas, dan orang dengan gangguan pendengaran. ada kecenderungan hubunhan di dalam keluarganya yang ditandai dengan kekacauan, tidak berperasaan, dingin. Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.

PERILAKU WAHAM
 Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural
 Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
 Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
 Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
 Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
 Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya

Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

  1. 1. KAJIAN TEORI
    1. A. PENGERTIAN
      1. Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 : 90).
      2. Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap pada pemikiran seseorang dan latarbelakang sosial budaya (Rowlins, 1991: 107)
      3. Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran seseorang yaitu dengan menca,puri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987: 722).
      4. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 : 117).

Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.

  1. B. RENTANG RESPON

Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rentang respon neurobiologis

Respon adaptif

Respon maladaptif
² Pikiran logis persepsi akurat

² Emosi konsisten dengan pengalaman

² Prilaku sesuai dengan hubungan social

² Kadang-kadang isi pikir terganggu ilusi

² Reaksi emosional ber-lebihan atau kurang

² Prilaku ganjil atau tidak lazim

² Gangguan isi pikir waham halusinasi

² Ketidakmampuan untuk mengalami emosi

² Ketidakmampuan isolasi sosial

Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham

  1. C. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :

  1. 1. Teori Biologis
    1. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
    2. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
    3. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
    4. 2. Teori Psikososial
      1. Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
      2. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
      3. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

  1. D. FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :

  1. Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

  1. Stres lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

  1. Pemicu gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

  1. E. JENIS-JENIS WAHAM

Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

  1. Waham Kejar

Individu merasa dirinya dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe depresi dan gangguan organik.

  1. Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah, dll.

  1. Waham Somatik

Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada tubuhnya.

  1. Waham Agama

Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan keagamaan.

  1. Waham Curiga

Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga terhadap sekitarnya.

  1. Waham Intulistik

Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering ditemukan pada klien depresi.

  1. F. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.

  1. G. SUMBER KOPING

Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.

  1. H. POHON MASALAH

Kerusakan komunikasi verbal Akibat














  1. 2. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM
    1. A. Pengkajian
      1. 1. Pengumpulan Data

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran yaitu :

  1. Data Subjektif

Klien merasa dirinya sebagai orang besar, mempunyai kekuatan, kepandaian yang luar biasa, misalnya dapat membaca atau membawa pikiran orang lain, dialah ratu adil.

  1. Data Objektif

Klien kadang-kadang tampak panik, tidak mampu untuk berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka kadang sedih kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan kenyataan, sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak bisa diam (melangkah bolak-balik), mendominasi pembicaraan, mudah tersinggung, menolak makan dan minum obat, menjalankan kegiatan agama secara berlebihan atau tidak sama sekali melakukannya, merusak diri-sendiri dan orang lain serta lingkungannya, jarang mengikuti atau tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, sering terbangun pada dini hari, penampilan kurang bersih.

  1. 2. Daftar Masalah

Masalah yang lazim muncul pada klien dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran, yaitu :

  1. Kerusakan komunikasi verbal.
  2. Perubahan isi pikir : waham kebesaran
  3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

  1. B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang sering muncul, yaitu :

  1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham
  2. Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
  3. Kerusakan interaksi sosial : menaruh diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.

  1. C. Perencanaan dan Intervensi

Tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien dengan perubahan isi pikir: waham kebesaran yaitu :

  1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran :
    1. Tujuan umum : klien mampu berkomunikasi verbal dengan baik sehingga klien dapat melakukan hubungan dengan orang lain.

  1. Tujuan khusus :
  • Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
  • Dapat mengidentifikasi pikiran yang realita, mengarahkan pikiran yang realita.

Intervensi dan Rasional

  • Bina hubungan saling percaya dengan klien, ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat.

Rasional : dengan rasa saling percaya, klien dapat mengungkapkan perasaannya sehingga akan mempermudah melakukan tindakan keperawatan.

  • Diskusikan dengan klien penyebab perubahan isi pikirnya.

Rasional : dengan mengetahui penyebab, maka akan mempermudah dalam melakukan tindakan keperawatan.

  • Diskusikan, anjurkan serta arahkan klien berpikir secara realita.

Rasional : klien dapat melakukan hal-hal yang realita sesuai dengan kenyataan.

  • Libatkan keluarga dalam perawatan klien terutama terhadap perubahan isi pikir klien.

Rasional : keluarga merupakan support sistem yang baik untuk mendukung penyembuhan klien.

  1. Perubahan isi pikir : waham kebesaran berhubungan dengan menarik diri
    1. Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
    2. Tujuan khusus :
  • Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
  • Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain.

Intervensi dan rasional

  • Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-tanda menarik diri.

Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.

  • Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab prilaku menarik diri.

Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.

  • Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.

Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang lain.

  1. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan konsep diri, harga diri rendah.

a. Tujuan umum : klien mau berinteraksi sosial dan tidak menarik diri.

  1. Tujuan khusus : dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan digunakan dengan kriteria evaluasi, dapat mengungkapkan kemampuan yang dimiliki.

Intervensi dan rasional

  • Diskusikan dan anjurkan klien untuk melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang masih dapat dipergunakan selama sakit.

Rasional : memberi kesempatan pada klien untuk melakukan kegiatan sesuai kemampuan hingga klien merasa harga dirinya meningkat.

  • Anjurkan klien meminta obat pada petugas dan dapat merasakan manfaat.

Rasional : memastikan klien minum obat.

  1. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak realistis dan gambaran diri yang terlalu tinggi.
    1. Tujuan umum : klien tidak merasa harga diri rendah
    2. Tujuan khusus :
  • Mengenal masalah, mengidentifikasi sikap menyebut masalah mengetahui pemecahannya.
  • Mampu mengenal harapan-harapan nyata dan tidak nyata.

Intervensi dan rasional

  • Bimbing keluarga untuk menghargai kemampuan hal-hal yang dimiliki klien walaupun tidak sebanding dengan kemampuan anggota keluarga lain.

Rasional : dengan menghargai kemampuan klien akan meningkatkan harga diri rendah.

  • Identifikasi bersama kilen tentang prilakunya yang maladaptif.

Rasional : klien dapat mengenal, mengungkapkan serta menerimanya

  • Identifasi bersama klien cara untuk memecahkan masalah.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan klien.

  • Beri tanggapan dan dengarkan harapan yang diinginkan.

Rasional : membuat klien menjadi terbuka.

  • Dorong individu untuk mengungkapkan harapan yang dimilikinya.

Rasional : memudahkan perawat dalam melakukan harapan yang dimiliki.

  • Tunjukkan pada klien harapan yang nyata.

Rasional : menunjukkan pada harapan yang bersifat nyata sehingga dapat menerima kenyataan.

  • Alihkan pada harapan yang tidak sesuai keaktivitas sesuai hoby.

Rasional : dapat membimbing untuk melakukan tindakan sesuai kemampuannya.

  1. D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada klien dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu :

  1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
  2. Klien dapat mengendalikan isi pikir : waham kebesaran.
  3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
  4. Klien dapat mengembangkan persepsi diri yang positif.
  5. Klien dapat berhubungan dengan lingkungan.
  6. Klien dapat terlibat dalam perawatannya.

WAHAM

  1. Pengertian

Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.

Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.

  1. Penyebab

  1. Faktor predisposisi

  • Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

  • Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic

  • Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.

  • Virus paparan virus influensa pada trimester III

  • Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

  1. Faktor Presipitasi

  • Proses pengolahan informasi yang berlebihan

  • Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

  • Adanya gejala pemicu

  1. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :

  • Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas

  • Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

  • Menarik diri

  • Pada keluarga ; mengingkari

  1. Prilaku

  • Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.

  • Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.

  • Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.

  • Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-matainya.

  • Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.

  • Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.

  1. Rentang respon perilaku adaptif-maladaptif

Respon adaptif - respon maladaptif

  1. Tanda dan gejala

Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :

  • Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu).

  • Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).

  • Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).

  • Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.

Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.

Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.

  1. Penanganan

  • Psikofarmakologi

  • Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial

  • penarikan diri high potensial

  • ECT tipe katatonik

  • Psikoterapi

Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif

  1. Asuhan Keperawatan

  1. Pengkajian

  • Aktivitas dan istirahat

Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.

  • Higiene

Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.

  • Integritas ego

Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.

Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.

  • Neurosensori

Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.

  • Keamanan

Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang

  • Interaksi sosial

Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan

Umumnya bermasalah dengan hukum.

POHON MASALAH

Efek Gangguan Komunikasi verbal

Core Problem Perubahan proses pikir / waham

Etiologi Gangguan konsep diri

Masalah utama : pasien mengalami waham

Penyebab : gangguan konsep diri

Efek : gangguan komunikasi verbal

  1. Intervensi

Diagnosa keperawatan : Perubahan proses pikir / waham

Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol wahamnya.

Perencanaan

Intervensi

Tujuan Khusus

Kriteria Evaluasi

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat.

    1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).

    2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :

  • Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.

  • Katakan perawat tidak mendukung : “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati.

  • Tidak membicarakan isi waham klien.

    1. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung :

  • Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda.

  • Gunakan keterbukaan dan kejujuran.

  • Jangan tinggalkan klien sendirian.

    1. Observasi apakah waham klien menganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Klien mampu menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya.

    1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

    2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham).

    3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.

    4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.

Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi

klien mampu menyebutkan semua kebutuhannya sehari-hari.

    1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari

    2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).

    3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

    4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadual).

    5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

Klien dapat berhubungan dengan realistis

Klien dapat menyebutkan cita – cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
    1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).

    2. Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok : orientasi realitas.

    3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

Klien dapat dukungan keluarga

Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien waham.

    1. Diskusikan dengan keluarga tentang :

  • Gejala waham

  • Cara merawatnya

  • Lingkungan keluarga

  • Follow-up dan obat

    1. Anjurkan keluarga melaksanakan 5.1. dengan bantuan perawat.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Klien dapat minum obat sesuai dengan resep dokter dan tepat waktu.

    1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping, akibat penghentian.

    2. Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.

    3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.

  1. TAK

Tujuan :

  1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya waham.

  2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya waham

Setting :

  1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

  2. Ruangan nyaman dan tenang.

Metode :

  1. Diskusi dan tanya jawab.

  2. Bermain peran/ stimulus dan latihan.

  1. SP (Strategi Pendahuluan)

  1. Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu

  • Identifikasi semua komponen waham dengan menempatkannya dalam waktu dan urutan

  • Identifikasi pemicu yang mungkin berhubungan dengan stres dan ansietas

  • Apabila waham terkait ansietas ajarkan keterampilan mengatasi ansietas

  • Buat suatu program penatalaksanaan gejala

  1. Kaji instensitas, frekuensi dan lama waham

  • Bantu pasien untuk menghilangkan waham yang berlalu dengan cepat dalam keranmgka waktu yang singkat.

  • Pertimbangkan untuk menghindari waham yang menetap atau yang telah dialami dalam waktu lama sementara waktu guna mencegah terhambatnya hubungan perawat-klien.

  • Dengarkan secara seksama sampai tidak diperlukan lagi pembicaraan mengenai waham.

  1. Identifikasi komponen emosional sosial waham

  • Berespon terhadap perasaan pasien yang mendasar, bukan pada sifat waham yang tidak logis.

  • Dorong pembicaraan mengenai ketakutan, kecemasan, dan kemarahan klien pasien tanpa menilai waham yang diceritakan pasien benar atau salah.

  1. Amati adanya bukti pemikiran konkret

  • Tentukan apakah pasien benar-benar menagjak anda berbicara atau tidak.

  • Tentukan apakah pasien dan anda menggunakan bahasa yang sama.

  1. Amati pembicaraan yang menunjukkan gejala gangguan pemikiran

  • Tentukan apakah klien menunjukkan gangguan pemikiran( mis, bicara berputar-putar, menyimpang, mudah mengubah topik pembicaraan, tidak dapat merespon terhadap upaya anda untuk mengarahkan kembali pembicaraan).

  • Sadari bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara kenyataan dan waham.

  1. Amati kemampuan klien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara akurat

  • Tentukan apakah klien dapat membuat prediksi yang logis(indukltif atau deduktif ) berdasarkan pengalaman masa lalu.

  • Tentukan apakah klien dapat mengonseptualisasi waktu.

  • Tentukan apakah klien dapat mengakses dan menggunakan memori yang bermakna saat ini dan jangka panjang.

  1. Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan dari situasi tertentu

  • Identifikasi keyakinan yang salah mengenai situasi yang nyata.

  • Tingkatkan kemampuan pasien untuk menguji realitas.

  • Tentukan apakah pasien berhalusinasi, karena ini akan memperkuat waham

  1. Secara cermat, tanyakan pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti dari kenyataan tersebut.

  • Bicarakan mengenai waham untuk mencoba membantu pasien melihat bahwa waham itu tidak benar.

  • Harap diingat, jika langkah ini dilakukan sebelum langkah sebelumnya selesai, hal ini dapat memperkuat waham.

  1. Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya

  • Jika intensitas waham berkurang, diskusikan waham ketika pasien siap untuk mendiskusikannya.

  • Diskusikan konsekuensi waham.

  • Berikan kesempatan kepada klien untuk mengambil tanggungjawab dalam prilaku, aktivitas sehari-har, dan pengambilan keputusan.

  • Dorong tanggungjawab personal pasien dan partisipasinya dalam kesehatan dan penyembuhan.

  1. Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan fokus pasien pada waham

    • Tingkatkan aktivitas yang membutuhkan perhatian pada keterampilan fisik dan dapat membantu klien menggunakan waktu secara konstruktif.

    • Kenali dan dorong aspek yang positik dari kepribadian klien.

02 Agustus 2009

SP WAHAM

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : Waham Kebesaran
Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran
3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
I. Fase Orientasi
 “Hallo, selamat siang pak’
 “ Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak segar sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
 “ Kenalkan, nama saya wayan Darsana, biasa dipanggil wayan”. Nama bapak siapa?, suka dipanggil siapa? O…nama bapak suparmin, suka dipanggil pak parmin ya, baiklah.”
 “Saya mahasiswa Keperawatan wira medika pak, Saya bertugas di sini selama 14 hari, saya akan merawat ibu selama saya bertugas di sini, tiap hari kita akan ketemu dan bincang-bincang”
 “ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih saling mengenal, waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara? Bagaimana kalau sambil duduk di teras?”
 “Di depan sana pak, ok baiklah kalau begitu.”

II. Fase Kerja
 “Bagaimana perasaan dan keadaan pak hari ini?”
 “Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”
 “ Pak nggak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Pak parmin”
 “Pak parmin, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat, keluarga, hobi atau mungkin keinginan sekarang?”
 “Wah terima kasih Pak parmin karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Pak parmin mau kan mendengarkan?”
 “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi Pak Parmin tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, Pak parmin mau kan berteman dengan saya?”
III. Fase terminasi
 “Sementara itu dulu yang kita bicarakan ya Pak?”
 “Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?”
 “ Wah, bagus sekali Pak bisa ingat nama saya.”
 “Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Pak parmin dan Pak Parmin sudah bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman dengan saya.”
 “Besok kita ketemu lagi ya? Dan bincang-bincang lagi tentang cara mempraktekkan membina hubungan dengan orang lain dan membicarakan kemampuan yang bapak miliki , jam 10.30 WIB, tempatnya disini lagi, bagaimana bapa parmin setuju?”
 “Baiklah, saya minta pamit dulu, terimakasih, sampai bertemu besok ya?”





STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : Waham Kebesaran
Pertemuan : Ke 2 (Dua)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan, tatapan mata kosong,
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran
3. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya dan
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
I. Fase Orientasi
 “Selamat pagi pak parmin?”
 “Apa kabar? Bagaimana keadaan hari ini? Semalam bisa tidur tidak? Tadi makan pagi dengan lauk dan sayur apa?”
 “Kemarin kita sudah berkenalan, masih ingat kan nama saya? Belum lupa kan?”
 “ Bagus sekali pak parmin mampu mengingat nama saya.”
 “ Melanjutkan pertemuan kita kemarin dan sesuai dengan kesepatan kita, hari ini kita akan mencoba mempraktekkan kembali dalam membina hubungan dengan orang lain dengan cara berkenalan baik dengan sesama klien maupun dengan perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang kemampuan yang dimiliki pak parmin. Waktunya 30 menit saja, kita ngobrol di kursi ruang depan bagaimana pak?”


II. Fase Kerja
 “Penampilan pak parmin hari ini bagus, rapi dan bersih, bagus sekali pak dipertahankan ya….?”
 “ Sudah mandi ya pak tadi, bapak kelihatan segar sekali.”
 “ pak parmin seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin melihat pak berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba sekarang bapak praktikkan”
 “Bagus sekali, ternyata bapak mampu berkenalan. Bagaimana senang kan punya banyak teman.”
 ” pak parmin sudah tahu nama teman-temannya yang berada di sini ya, coba disebutkan kembali.” bagus pak, dipertahankan ya!”
 “Sekarang pak parmin berkenalan dengan perawat juga ya…ayo ini ada pak perawat, silahkan berkenalan juga.” “Wah hebat pak parmin berani berkenalan dengan pak perawat yang baru di lihat. Bagaimana senang kan mempunyai kenalan banyak. Nah, coba sebutkan dengan siapa saja tadi yang sudah diajak berkenalan. Hebat sekali pak, daya ingatannya bagus sekali.”
 “pak parmin sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh bapak. Kalau saya lihat selama di ruangan ini pak parmin jarang beraktivitas, Jadi saya ingin tahu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh bapak apa saja? Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri dll. Wah hebat sekali. Selain itu apa lagi pak. Bagus sekali ternyata bapak pandai mengukir ya. bapak kalau di rumah pekerjaannya mengukir ya? Tapi apakah ibu bisa mengerjakan apa yang disebutkan tadi?”
 “Kalau dirumah aktivitas sehari-hari apa yang pak kerjakan? Oh ya, di sini pak parmin bisa juga melakukan, bisa dianggap rumah sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang dimiliki. Terus pak parmin bisa juga menonton TV, melakukan aktifitas seperti di rumah ataupun merawat diri seperti mandi, gosok gigi, keramas dll.”





III. Fase Terminasi
 “Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita”
 “Saya senang bapak parmin mau mengobrol dengan saya. Tadi pak parmin sudah bagus bisa berkenalan dan mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan baik, pertahankan ya….”
 “Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan pak parmin yang belum terpenuhi, bapak setuju?” Bagaimana kalau jam 10.00 lagi. Disini lagi ya bu?”
 “Baik, saya permisi dulu, bapak bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya terimakasih ya atas waktunya?”